Doa Sebagai Pengharapan - Apa yang terjadi di tengah kehidupan kita saat ini tidak jarang bertentangan dengan pelajaran yang kita dapat di kelas. Ketika kita belajar etika dan moral, justru pelanggaran hak asasi manusia yang kita lihat. Ketika kita belajar soal persaudaraan dan cinta kasih justru kebencian, penghinaan, perselisihan, kekerasan, ketidakadilan, penindasan yang banyak terjadi. Itu tentu sangat menyedihkan. Lalu apa yang dapat kita lakukan?
Bapa Fransiskus telah mengajarkan kepada kita bagaimana kita harus bersikap menghadapi semua itu. Melalui Doa ”Jadikanlah Aku Pembawa Damai”, kita diharapkan menjadi pembawa damai bagi sesama. Doa tersebut menggambarkan iman yang teguh, kuat dalam harapan, dan sempurna dalam kasih. Hal ini bisa kita lihat dari sejarah hidup St. Fransiskus Assisi. Ketika terjadi perang salib, Fransiskus menjadi duta perdamaian. Ketika Fransiskus dikejar-kejar dan dipukuli oleh Ayah dan kerabatnya, ia menerima dengan sabar. Dalam pertemuan ini, kita akan mendalami doa ”Jadikanlah Aku Pembawa Damai” yang sangat dihayati oleh Bapa Fransiskus. Ia benar- benar teguh dalam imannya, kuat dalam harapannya, dan sempurna dalam kasihnya.
Jadikanlah Aku Pembawa Damai
Tuhan, jadikanlah aku pembawa damai, Bila terjadi kebencian
Jadikanlah aku pembawa cinta kasih.
Bila terjadi penghinaan,
Jadikanlah aku pembawa pengampunan.
Bila terjadi perselisihan,
Jadikanlah aku pembawa kerukunan.
Bila terjadi kebimbangan,
Jadikanlah aku pembawa kepastian.
Bila terjadi kesesatan,
Jadikanlah aku pembawa kebenaran.
Bila terjadi kecemasan,
Jadikanlah aku pembawa pengharapan.
Bila terjadi kesedihan,
Jadikanlah aku pembawa kegembiraan.
Bila terjadi kegelapan,
Jadikanlah aku pembawa terang.
Tuhan, semoga aku lebih ingin menghibur daripada dihibur,
memahami daripada dipahami, mencintai daripada dicintai.
Sebab dengan memberi, kami menerima, dengan mengampuni, kami diampuni. Dengan mati suci, kami bangkit lagi, untuk hidup selama-lamanya. Amin.
- Pengantar
Doa ”Tuhan, Jadikanlah Aku Pembawa Damai” yang biasanya diatasnamakan karya Bapa Fransiskus sangatlah terkenal. Doanya menggambarkan bahwa yang mendoakan itu benar-benar teguh dalam imannya, kuat dalam harapannya, dan sempurna dalam kasihnya. Kalau kita renungkan seolah membawa kita memasuki suatu tantangan untuk hidup sebagai seorang kristiani yang mau berjuang untuk tetap setia pada Tuhan, mau memberikan yang terbaik kepada sesamanya, dan mau menyerahkan seluruh dirinya kepada Tuhan.
Kita mohon agar Tuhan menjadikan kita ini sebagai alat damai. Dalam doa itu banyak hal yang mungkin terasa aneh untuk zaman sekarang ini. Akan tetapi kalau kita sadari dalam lubuk hati kita yang terdalam justru kita akan menemukan inti sumbernya. Kita diajak untuk menemukan diri kita sendiri, orang lain, dan akhirnya kita menemukan Tuhan dalam hidup kita. Apa yang dikatakan oleh Bapa Fransiskus bukanlah hal yang aneh. Sebab justru kita diajak untuk berani melawan arus, mencari kebenaran, dan menjadi alat damai Tuhan dalam keadaan apa pun.
Dalam damai, kita dapat menemukan inti hidup kita. Dalam damai kita bersama Kristus, Sang Damai abadi. Bukan kita mau menjadi pahlawan tetapi memohon agar Tuhan menjadikan kita sebagai sarana perdamaian. Menjadi alat damai Tuhan berarti kita juga harus berani berusaha dengan sekuat tenaga kita, setulus hati kita, dan seluruh kemampuan kita. Akhirnya, kita akan dapat menyadari betapa pentingnya damai itu, betapa pentingnya kasih Tuhan itu, dan betapa pentingnya hidup dalam suasana damai.
Oleh Fransiskus kita diajak dan sekaligus ditantang untuk maju selangkah berani berjuang demi perdamaian. Perdamaian harus kita mulai dari diri kita sendiri. Perdamaian tidaklah bakal terlaksana kalau kita tidak mulai, kalau kita hanya diam saja. Kita harus aktif dan sekaligus harus berani aktif memasrahkan diri dalam bimbingan Tuhan. Justru dengan bimbingan Tuhan inilah, kita akan mampu berseru bersama Bapa Fransiskus: ”Jadikanlah aku pembawa damai-Mu”.
Demikian kita berusaha sekuat tenaga untuk senantiasa membawa damai ke mana pun dan di mana pun kita berada. Tugas sebagai pembawa dan pewarta damai ini tidaklah dapat ditawar-tawar. Bagaikan suatu kewajiban yang selalu menantikan pelaksanaannya dari pihak kita. Menjadi pembawa damai merupakan suatu panggilan Tuhan untuk berpartisipasi menciptakan damai di bumi ini. Damai haruslah terjadi dan dinikmati oleh semua orang. Tidaklah adil kalau ada situasi yang tidak damai itu. Damai merupakan dambaan setiap makhluk yang menghuni bumi ini.
Dengan tenang bacalah ulang doa “Jadikanlah Aku Pembawa Damai” yang baru saja kita doakan. Cobalah untuk mencermati isi doa dengan seksama.
Pertanyaan panduan:
- Nilai-nilai apakah yang terkandung dalam doa tersebut?
- Apa harapan Bapa Fransiskus tentang doa pembawa damai?
- Apa yang dibutuhkan agar kita dapat melaksanakan isi doa pembawa damai dalam hidup keseharian kita?
- Coba carilah pengalaman pribadimu yang dapat menjadi realisasi doa pembawa damai!
Peneguhan
Doa ”Jadikanlah Aku Pembawa Damai” menggambarkan bahwa yang mendoakan itu benar-benar teguh dalam imannya, kuat dalam harapan, dan sempurna dalam kasihnya. Jika kita merenungkan doa ”Jadikanlah Aku Pembawa Damai” kita seolah diajak memasuki tantangan hidup sebagai seorang kristiani yang mau berjuang untuk tetap setia dan menyerahkan seluruh diri kita pada Tuhan dan memberikan yang terbaik bagi sesama. Oleh Fransiskus kita diajak dan sekaligus ditantang untuk maju selangka, berani berjuang demi perdamaian yang dimulai dari diri kita sendiri. Kita tidak boleh hanya diam saja, harus aktif mengupayakan dan sekaligus harus berani aktif memasrahkan diri dalam bimbingan Tuhan, kita berusaha sekuat tenaga untuk senantiasa membawa damai ke mana pun dan di mana pun kita berada. Menjadi pembawa damai merupakan suatu panggilan Tuhan untuk berpartisipasi menciptakan damai di bumi ini. Damai haruslah terjadi dan dinikmati oleh semua orang.
- Refleksi
Setelah mengikuti pelajaran hari ini gagasan apa yang muncul dalam benak Anda dan ingin Anda wujudkan dalam kehidpan sehari-hari Anda? Buatlah catatan di bawah ini!