Menghayati Semangat Doa Fransiskus Assisi -
Masa muda Fransiskus Assisi dijalaninya dengan hidup mewah, berfoya- foya, pesta, dan bersenang-senang. Tetapi ia tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, terhadap teman-temannya ia sangat perhatian bahkan suka berderma dan bersedekah terhadap orang miskin.
Setelah mengalami peristiwa menjadi tawanan perang selama satu tahun di Perugia dan jatuh sakit keras, hidup Fransiskus Assisi mengalami perubahan besar. Apa yang dulu menjadi kesenangan sekarang menjadi membosankan. Hidupnya terasa kosong, hampa, bahkan tak berarti. Sampai suatu ketika ia mengalami peristiwa ”pertobatan”. Ia yang dulu jijik melihat orang kusta tiba-tiba datang memeluk bahkan menciumnya. Kemudian ia gemar mengunjungi orang kusta, merawat, memberi makan dan pakaian serta menghiburnya. Rasa ”persaudaraan” terhadap sesama dan makhluk hidup di sekitarnya semakin besar. Ia mendamaikan mereka yang bertengkar. Ia membalas kebencian dengan cinta kasih. Fransiskus Assisi mulai meninggalkan hidup lama. Ia mulai rajin menjalankan perintah keagamaan, suka menyendiri, bertapa, menyembunyikan diri di gua-gua dan di gunung sekitar Kota Assisi dan selalu ”berdoa”. Hidup Fransiskus Assisi telah mengalami tiga hal besar, yaitu pertobatan, persaudaraan, dan doa.
Dalam pelajaran ini tema menghayati semangat doa (kontemplasi) Bapa Fransiskus Assisi akan dibagi dalam 4 pertemuan:
Pokok Bahasan 1: Doa Sebagai Persatuan Pribadi Dengan Tuhan
Dalam injil Mat.6: 5-6,8, Yesus berpesan kepada para murid-Nya, "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.” Berdoa merupakan kesempatan penuh rahmat bagi kita untuk berkomunikasi secara pribadi dengan Tuhan. Dalam berdoa sering kita secara spontan dengan rumusan sendiri, tetapi sering juga menggunakan rumusan yang sudah ada. Doa Bapa kami dan doa salam Maria menjadi doa yang paling sering digunakan. Kita semua pasti hafal dan sering mendoakan. Karena seringnya, kadangkala doa ini meluncur begitu saja dari mulut kita. Padahal komunikasi menjadi bermakna kalau kita mengerti, memahami dan menghayati apa yang sedang kita komunikasikan.
Bapa Fransiskus Assisi membuat uraian mengenai doa Bapa Kami. Pada setiap kalimat diberi uraian untuk lebih memaknai dan meresapkan dalam hati. Melalui pelajaran ini kita akan mendalaminya. Dengan memahami setiap kalimat maka kita dapat menghayatinya dengan baik pada waktu mendoakannya.
Pokok Bahasan 2. Doa sebagai Persatuan Pribadi Bapa Fransiskus dengan Dunia
Pada mulanya saudara-saudara Fransiskus sudah hidup dalam kesederhanaan, namun mereka belum mengenal sembahyang berkala gerejani. Kepada mereka, Bapa Fransiskus mengajarkan doa Sembah Sujud: ”Kami menyembah Engkau. Tuhan Yesus Kristus, di sini dan di semua gereja-Mu, yang ada di seluruh dunia, dan kami memuji Engkau, sebab Engkau telah menebus dunia dengan salib-Mu yang suci.”
Doa tersebut dilakukan dengan sikap membungkuk sampai ke tanah saat berada di gereja di mana pun berada atau ketika melihat gereja dari jauh. Ia menundukkan badan dan jiwanya. Menyembah Tuhan berarti merendahkan diri di hadapan Allah dan hanya Allahlah yang paling penting. Fransiskus mau mengajak seluruh dunia, agar di mana saja kita bersembah sujud kepada Kristus, terutama di dalam gereja. Hati kita haruslah benar-benar tertuju dan terarah pada Tuhan Yesus Kristus saja.
Pokok Bahasan 3: Doa sebagai Peneguhan dan Kekuatan
Ketika Fransiskus tinggal di Gereja San Damiano, ayah dan kawan- kawannya mencari dia. Setelah tahu kalau ayahnya mencari, Fransiskus lari menyembunyikan diri ke dalam gua rahasia. Ia berdoa terus-menerus dengan mencucurkan air mata, supaya Tuhan membebaskan dia dari pengejaran itu. Tak henti-hentinya ia berdoa sambil menangis dan berpuasa, dengan tidak bertumpu pada usaha atau kebajikan sendiri, melainkan menaruh segala kepercayaan pada Tuhan. Setelah berdoa ia berani menghadapi cacian dan pukulan para pengejarnya. Ia mencela dirinya atas kelemahan dan ketakutannya, dengan penuh kepercayaan pada Kristus, dan hatinya penuh nyala Ilahi. Fransiskus tetap teguh pada niatannya yang suci, memuliakan Tuhan.
Pokok bahasan 4: Doa sebagai Pengharapan
Doa ”Jadikanlah Aku Pembawa Damai” (Puji Syukur No.221) yang biasanya diatasnamakan sebagai doa Bapa Fransiskus, sangatlah terkenal. Doa ini menggambarkan bahwa yang mendoakan itu benar-benar teguh dalam imannya, kuat dalam harapan, dan sempurna dalam kasihnya. Jika kita merenungkan doa ”Jadikanlah Aku Pembawa Damai” kita seolah diajak memasuki tantangan hidup sebagai seorang kristiani yang mau berjuang untuk tetap setia dan menyerahkan seluruh diri kita pada Tuhan dan memberikan yang terbaik bagi sesama.
Oleh Fransiskus kita diajak dan sekaligus ditantang untuk maju selangkah. Berani berjuang demi perdamaian. Perdamaian harus kita mulai dari diri kita sendiri. Perdamaian tidaklah bakal terlaksana kalau kita tidak memulainya, kalau kita hanya diam saja. Kita harus aktif mengupayakan dan sekaligus harus berani aktif memasrahkan diri dalam bimbingan Tuhan. Justru dengan bimbingan Tuhan inilah kita akan mampu berseru bersama Bapa Fransiskus: ”Tuhan, jadikanlah aku pembawa damai-Mu.”
Demikian kita berusaha sekuat tenaga untuk senantiasa membawa damai ke mana pun dan di mana pun kita berada. Tugas sebagai pembawa dan pewarta damai ini tidaklah dapat ditawar-tawar. Bagaikan suatu kewajiban yang selalu menantikan pelaksanaannya dari pihak kita.
Menjadi pembawa damai merupakan suatu panggilan Tuhan untuk berpartisipasi menciptakan damai di bumi ini. Damai haruslah terjadi dan dinikmati oleh semua orang. Tidaklah adil kalau ada situasi yang tidak damai itu. Damai merupakan dambaan setiap makhluk yang menghuni bumi ini.
Pokok Bahasan 5: Macam-Macam Doa Bapa Fransiskus Assisi
Semangat doa Bapa Fransiskus memberi gambaran kepada kita tentang doa dan kebaktian suci. Doa dapat dilaksanakan bersama dengan puasa dan sedekah. Ketiga komponen itu membentuk satu kesatuan dan merupakan komponen yang esensial dari kesempurnaan atau kekudusan kristiani. Doa, puasa, dan sedekah adalah satu hal saja dan saling meneguhkan. Puasa adalah jiwa dari doa, sedekah adalah kehidupan dari puasa. Semangat doa Bapa Fransiskus dapat diuraikan menjadi doa kontemplatif yakni doa pujian dan syukur, doa liturgi pujian yakni doa ibadat harian, doa para kontemplatif yakni doa yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan untuk berbakti kepada Allah setiap hari, dan doa kosmik yakni doa yang berisi pujian dan syukur terarah pada prospek kosmik, tidak hanya pada manusia tetapi juga pada makhluk ciptaan lainnya.