Proses Pertobatan St. Fransiskus Assisi - Pada saat ada berita penampakan atau mukjizat, maka orang-orang berduyun-duyun datang melihat. Nampaknya orang katolik begitu mendambakan adanya tanda-tanda dari Allah yang nampak nyata, syukur bila kasat mata.
Melalui kisah pertobatan Fransiskus kita akan melihat bahwa sapaan Allah sering terjadi dan dapat melalui peristiwa sederhana yang terjadi sehari-hari. Melalui sakit yang diderita, melalui mimpi saat tertidur, dalam suara hati kita ketika berdoa atau yang lebih jelas dengan suara-suara. Dari sini, kita ingin belajar bagaimana kita bisa lebih terbuka dalam menangapi sapaan dari Allah hingga kita dimampukan untuk bertobat.
Kita juga akan melihat bahwa sapaan Allah menjadi titik awal pertobatan. Pertobatan selalu dimulai dari sapaan Allah sendiri melalui peristiwa sehari-hari. Karena sapaan Allah, manusia dimampukan untuk menyadari kesalahan dan menyesalinya. Sampai tahap ini, telah terjadi pertobatan batin yang ditandai dengan adanya perubahan hati, pola pikir, dan sikap. Namun penyesalan saja tidaklah cukup, karena harus diikuti tindakan nyata, yaitu perubahan tingkah laku.
Sejarah pertobatan Bapa Fransiskus menjadi penting dalam meneguhkan iman kita. Pertobatan akan memperkuat iman, harapan, dan cinta kasih yang sungguh nampak nyata dalam kehidupan sehari-hari. Pertobatan Fransiskus menjadi kesaksian hidup akan cinta Allah Bapa kepada manusia, yang dengan sabar selalu menyapa kita. Dan yang dapat kita lihat berikutnya adalah bagaimana pertobatan seorang Fransiskus mampu mempertobatkan banyak orang. Teladan hidupnya menjadi lilin penerang hidup banyak orang.
- Pengantar
Pengalaman setiap orang terhadap sapaan Tuhan berbeda satu sama lain. Santo Fransiskus juga mengalami sapaan Tuhan yang sangat istimewa. Sapaan Allah juga menjadi titik awal pertobatan. Kisah pertobatan Fransiskus menggambarkan sapaan Allah melalui peristiwa sederhana yang terjadi sehari-hari. Melalui sakit yang diderita, mimpi, suara hati saat berdoa, atau pun bacaan Injil dan homili saat Ekaristi. Mari belajar untuk lebih terbuka dalam menanggapi sapaan Allah hingga kita dimampukan untuk bertobat.
- Langkah-langkah Pembelajaran
- Membaca Teks
Guru meminta siswa untuk membaca teks yang sudah ada dalam buku siswa. Dengan demikian setiap siswa dapat membaca secara pribadi dengan tenang. Namun bisa juga dengan meminta salah satu siswa membaca dan yang lain menyimak bergantian tiap paragraf misalnya.
ST. FRANSISKUS DARI ASSISI, ITALIA (1182 - 1226)
Giovanni Francesco Bernardone lahir di Assisi, daerah pegunungan Umbria, Italia Tengah pada tahun 1182. Ayahnya, Pietro di Bernardone, seorang pedagang kain yang kaya raya, sedangkan ibunya Yohana Madonna Pica, seorang putri bangsawan Picardia, Perancis. Ia dipermandikan dengan nama “Giovanni Francesco Bernardone” tetapi kemudian lebih dikenal dengan nama “Francesco” karena kemahirannya berbahasa Perancis yang diajarkan ibunya. Ia sangat dimanjakan ayahnya sehingga berkembang menjadi seorang pemuda yang suka berfoya-foya dan pemboros. Pengalaman pahit ditangkap dan dipenjara selama satu tahun dalam perang saudara antara Assisi dan Perugia ketika berumur 20 tahun menandai awal hidupnya yang baru. Ia tidak tertarik lagi dengan corak hidup lamanya yang penuh kemewahan, sebaliknya ia lebih tertarik pada corak hidup sederhana dan miskin sambil lebih banyak berdoa di gereja, mengunjungi orang-orang di penjara dan melayani orang-orang miskin dan sakit.

Ketika sedang berdoa di gereja San Damiano di luar kota Assisi, ia mendengar suara yang keluar dari Salib Yesus: “Fransiskus, perbaikilah rumahKu yang hampir rubuh ini !” Fransiskus tertegun sebentar lalu dengan yakin mengatakan bahwa suara itu adalah suara Yesus sendiri. Tanpa banyak pikir dia mengambil setumpuk kain mahal dari gudang ayahnya, kemudian menjual dan hasilnya diberikan kepada pastor paroki San Damiano untuk memperbaiki gereja tersebut, tapi pastor menolaknya. Ayahnya marah besar dan mengurungnya dalam sebuah kamar. Setelah dibebaskan ibunya ia kembali ke gereja San Damiano, namun ayahnya menyusul dan meminta Fransiskus mengembalikan uangnya. Karena uang tersebut sudah dibagikan kepda orang miskin, ayahnya minta bantuan Uskup Assisi agar Fransiskus mengembalikan uang tersebut. Di hadapan Uskup Assisi, ia melucuti pakaian yang dikenakannya karena pakaian itu milik ayahnya. Sejak itu hanya Tuhanlah yang menjadi ayahnya. Uskup memberikan sehelai mantel dan sebuah ikat pinggang, inilah pakaian para gembala domba dari Umbria yang kemudian menjadi pakaian para biarawan Fransiska..
Fransiskus tidak kecut dan sedih dengan semua yang terjadi atas dirinya, Sehari-hari ia mengemis sambil berkotbah di sekitar gereja San Damiano. Ia menolong orang miskin dan penderita lepra dengan uang yang diperolehnya. Kalau berbicara tentang nasehat-nasehat Injil, ia menggunakan bahasa lagu-lagu cinta dan puitis. Ia disebut dengan nama “Il Poverello” (si lelaki miskin). Pada tahun 1209 cara hidupnya ini menarik Berardus Guantevale, Petrus Katana dan Giles. Bersama ketiga orang tersebut, Fransiskus membentuk sebuah ordo yaitu “Ordo Saudara-Saudara Dina” atau Ordo Fransiskan. Klara, seornag gadis Assisi bergabung bersamanya. Bagi Klara, Fransiskus mendirikan sebuah perkumpulan khusus. Itulah awal dari konggregasi Suster-suster Fransiskanes atau ordo kedua St. Fransiskus.
Fransiskus ditahbiskan menjadi diakon dan tidak mau ditahbiskan menjadi imam. Ia menekankan kemiskinan absolut bagi para pengikutnya waktu itu, dan sebagai tambahan pada ketiga kaul ia menekankan juga penghayatan semangat cinta persaudaraan dan keserhanaan hidup. Ordo Benedictine memberi mereka sebidang tanah. Demi sahnya komunitas yang dibentuknya dan aturan hidup yang disusunnya, pada tahun 1210 ia minta restu kepada Sri Paus Innosensius III (1198-1216). Awalnya Paus menolak, namun pada suatu mimpinya Paus melihat tembok Basilika Santo Yohanes Lateran (Katedralnya kota Roma) hendak rubuh dan Fransiskus menopang dengan bahunya, akhirnya Paus memberi restu bagi kelompok Fransiskus.
Lagi-lagi Ordo Benedictine membantu Fransiskus, melalui Abbasnya mereka menyerahkan Kapela Ratu Para Malaikat di Portiuncola. Kemudian pondok-pondok kecil dibangun di sekitar kapelasebagai tempat tinggal mereka yang pertama. Chiusi, seorang tuan tanah juga memberikan sebidang tanah di atas bukit La Verna yang dijadikan Fransikus sebagai tempat berdoa dan bermeditasi.
Semangat mempertobatkan orang-orang muslim di belahan dunia timur semakin membara. Musim gugur tahun 1212, ia dan seorang temannya berangkat ke Syria, namun mengalami kegagalan akibat kapalnya karam. Rencana selanjutnya untuk pergi ke Maroko melalui Spanyol juga gagal karena ia menderita sakit. Pada tahun 1219, bersama 12 orang temannya, mereka mendarat di Damaieta, delta sungai Nil Mesir. Di sana ia bergabung dengan pasukan Perang Salib. Namun sial, ia ditawan oleh Sultan Mesir. Fransiskus mencoba untuk mempertobatkan Sultan Mesir tetapi gagal dan akhirnya ia pulang kembali ke komunitasnya di Italia.
Selama beberapa tahun ia menyempurnakan aturan hidup komunitasnya, dan mendirikan Ordo Ketiga Fransiskan. Ordo ini khusus bagi orang awam yang ingin mengikuti cara hidup dan ajarannya namun tetap mengemban tugas sebagai bapak-ibu keluarga atau tugas kemasyarakatan lainnya. Anggotanya juga diwajibkan berkaul kemiskinan dan kesucian hidup. Kelompok ini lazim disebut”Tertier” dan bertugas melakukan perbuatan-perbuatan baik di dalam keluarga dan masyarakat.
Ordo Fransiskan ini berkembang dengan pesat dimana pada tahun 1219 jumlahnya sudah mencapai 5000 orang. Maka pada tahun 1222, Paus Honorius III (1216 – 1227) secara resmi mengakui komunitas religius Fransiskan beserta aturan hidupnya. Pada upacara malam natal tahun 1223 Fransiskus menghidupkan kembali Gua Bethlehem dengan gambar-gambar sebesar badan. Penghormatan kepada kanak-kanak Yesus dipopulerkan oleh Fransiskus bersama para pengikutnya.
Pada umur 43 tahun, ketika sedang berdoa di La Verna, ia mendapatkan “Stigmata” yaitu luka-luka seperti luka Yesus di atas kayu salib. Semenjak peristiwa itu ia mengenakan sepatu dan menyembunyikan tangan di balik jubahnya. Fransiskus dijuluki “Sahabat Alam Semesta” karena cintanya yang besar dan dalam terhadap ciptaan Tuhan. Ia dapat berbincang-bincang dengan semua ciptaan seperti layaknya dengan manusia.
Lama kelamaan kesehatan Fransiskus menurun dan matanya mulai kabur. Dalam kondisi ini ia menyusun karyanya yang besar “Gita Sang Surya” yang melukiskan tentang “keindahan saling mengampuni”. Ketika terjadi pertikaian antara Uskup dan Penguasa Assisi, Fransiskus diminta untuk mendamaikan mereka. Lalu ia mengutus dua orang rekannya untuk menyanyikan lagu “Gita Sang Surya” yang telah ditambahi bagian tentang “keindahan saling mengampuni” di hadapan mereka yang bertikai. Ketika mendengar lagu itu maka Uskup dan Penguasa Assisi langsung berdamai tanpa banyak bicara.
Menjelang tahun-tahun terakhir hidupnya, ia mengundurkan diri. Sebab diantara ordonya terjadi selisih paham mengenai penghayatan hidup miskin seperti yang dicintai dan dihayatinya sendiri. Pada tanggal 3 Oktober 1226 dalam umur 44 tahun, Fransiskus meninggal dunia di Kapela Portiuncola. Dua tahun kemudian ia langsung dinyatakan kudus oleh gereja. Ketika dia meninggal para pengikutnya yang berjumlah ribuan telah tersebar ke seluruh penjuru dunia. Dialah pendiri Ordo Saudara-Saudara Dina (OFM).
Dia adalah seorang pemimpin kharismatis yang tidak pernah lagi ditemukan dalam sejarah. Tetapi di lain pihak St. Franciscus Assisi sendiri tidak pernah bermaksud menjadi “model”, tetapi dengan sangat rendah hati minta kepada semua orang untuk hidup dalam iman yang bersumber dari Kitab Suci, membuka dirinya sendiri bagi misteri Allah dan manusia, menjadi sadar akan kehadiran Tuhan yang terus menerus dalam sejarah kehidupan manusia.
Sumber: http://www.stellatours.com/mey/assisi.html
Diunduh pada Sabtu, 26 Maret 2016 pada pukul 07.24 WIB
- Dari sejarah hidup Bapa Fransiskus di atas, Apakah yang disebut dengan pertobatan itu?
- Sebutkanlah tahap-tahap pertobatan Bapa Fransiskus.
- Tunjukkanlah perubahan sikap dan hati yang dialami Fransiskus.
- Tunjukkanlah perubahan pikiran yang dialami Fransiskus.
- Tunjukkan perubahan tindakan yang dialami Fransiskus.
- Jelaskanlah mengapa pertobatan batin (penyesalan) adalah saat-saat berahmat yang harus segera ditanggapi dengan tindakan nyata.
Peneguhan
- Tahap-tahap pertobatan Fransiskus: Sapaan dari Allah, Fransiskus menanggapi sapaan Allah dengan menyesali hidup masa lalu yang telah dijalaninya dan bertekad hendak memperbaiki diri, terjadinya perubahan hati, sikap, rasa pikiran dan tingkah laku yang dinyatakan dengan mati raga, tekun berdoa dan hanya mengarahkan seluruh hidupnya dalam mengabdi kepada Tuhan sendiri dengan jalan hidup seturut Injil.
- Perubahan Sikap/Hati Fransiskus: murah hati, belas kasih, Solider, pemaaf, gembira, teguh dalam pendirian, dan mengabaikan kepentingan diri sendiri.
- Perubahan Pikiran Fransiskus: Mengabaikan hal-hal duniawi, menyesali segala dosa masa lalu dan hanya fokus pada Yesus yang tersalib, mengarahkan seluruh hidupnya hanya untuk mengabdi pada Yesus
- Perubahan Tindakan Fransiskus : Belas kasih, menghargai sesama ( orang kusta ), pekerja keras, berani menderita, tekun di dalam doa, matiraga dan berpuasa, Hidup seturut Nasihat Injil, menjadi juru damai, dan mewartakan pertobatan
- Refleksi
Setelah mengenal sejarah hidup Bapa fransiskus Assisi dan berdiskusi, siswa diminta untuk merenungkan nilai-nilai apa yang didapat dalam pelajaran ini. mereka diminta merumuskan dan menuliskan gagasan-gagasan yang muncul yang ingin diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari pada buku siswa.