Bekal Spiritualitas Di Tengah Hiruk Pikuk Dunia dan Neoliberalisme

Semangat Pertobatan St. Fransiskus Assisi

Semangat Pertobatan St. Fransiskus Assisi - Pertobatan pertama-tama tidak dilihat dari orang yang telah berbuat dosa, lalu berbalik tidak berbuat dosa lagi. Tobat harus dilihat dari segi hubungan manusia dengan Allah dan hubungannya dengan sesama. Pertobatan terjadi karena Allah sebagai Bapa yang baik selalu mau menyelamatkan manusia. Allah senantiasa menawarkan dan menjalin hubungan yang baik dengan manusia.

Allah Bapa selalu menyapa manusia. Sementara manusia memiliki kecenderungan mencari jalannya sendiri. Dosa adalah perbuatan manusia yang menjauhkan dirinya dengan Allah, sesama, atau bahkan dengan dirinya sendiri. Maka, tema pertobatan menjadi sangat penting.

Pokok Bahasan 1:    Proses Pertobatan Bapa Fransiskus Assisi

Melalui sejarah hidup Bapa Fransiskus Assisi, kita mengenal tahap-tahap pertobatan. Pertobatan selalu dimulai dari sapaan Allah sendiri melalui peristiwa sehari-hari. Karena sapaan Allah, manusia dimampukan untuk menyadari kesalahan dan menyesalinya. Sampai tahap ini, telah terjadi pertobatan batin yang ditandai dengan adanya perubahan hati, pola pikir, dan sikap. Perubahan ini harus dinyatakan dalam tingkah laku yang nyata.

Pokok Bahasan 2:    Tuhan, Allah Bapa yang Sungguh Baik

Manusia sering kali mencari jalan keselamatannya sendiri tanpa menghiraukan kehendak Tuhan. Manusia lebih senang mengikuti keinginan daging daripada keinginan roh. Mengikuti keinginan daging berarti menutup jalan hidupnya sendiri serta menutup hubungan dengan Tuhan dan sesama.

Pada kenyataannya, manusia tidak mampu berbalik menuju jalan yang sesuai kehendak roh, kecuali atas bantuan Allah sendiri. Allah Bapa yang sungguh baik selalu menyapa manusia dengan sabar, meskipun sering kali manusia cepat melupakan atau bahkan salah dalam menafsirkan sapaan-Nya.

Pokok Bahasan 3:    Pertobatan Mendamaikan dan Memperbaiki Hubungan Manusia dengan Allah dan Sesama

Setiap perbuatan manusia, baik atau jahat, selalu mempunyai dua segi, yaitu berhubungan dengan Tuhan dan sesama. Saat manusia jatuh ke dalam dosa, ia telah merusak hubungan manusia dengan Tuhan dan sesamanya. Tobat akan memulihkan hubungannya dengan Tuhan dan sesama. Tuhanlah yang selalu mendahului menjalin hubungan itu, maka tobat berarti suatu uluran tangan Tuhan atau rahmat Tuhan sendiri. Saat berahmat ini harus segera ditanggapi manusia agar tidak cepat berlalu dan sia-sia.

Pokok Bahasan 4: Hambatan Pertobatan

Setan, sebagai penggoda manusia agar jatuh ke dalam dosa, dapat bertindak sebagai panglima perang, wanita, atau pun “buaya darat”. Sebagai panglima perang, setan akan menyerang manusia dari sisi-sisi yang paling lemah. Nafsu badaniah, kekuasaan, harga diri, dan integritas adalah contoh sisi-sisi lemah manusia. Wanita punya kecenderungan akan semakin lengket dan susah memisahkan diri ketika dicintai. Jika kita sudah terjerat dalam cengkeraman setan, semakin lama akan semakin sulit untuk melepaskan diri karena pada dasarnya, dosa itu tampak menyenangkan. Sedangkan sebagai “buaya darat”, setan akan selalu berusaha menutup-nutupi dosa manusia. Sebagai contoh, ketika kita korupsi, setan akan mengatakan, “Nggak apa-apa korupsi, toh yang lain juga melakukan hal yang sama, bahkan lebih besar. Kamu masih lebih baik karena kamu korupsi untuk memberi makan anak istrimu.” Perbuatan dosa kita seakan dimaklumi dan dimaafkan sendiri dan dicari pembenarannya. Maka, pertobatan membutuhkan niat yang kuat dan keberanian.

Pokok Bahasan 5:    Tujuh Akar Dosa

Struktur dosa bagaikan pohon yang tidak akan mati bila hanya dipangkas dahan-dahannya atau bahkan dipotong batangnya sekalipun. Tunas baru akan segera tumbuh dan berkembang karena akar sebagai pencari makanan telah merambah ke mana-mana. Namun, pohon akan layu dan mati bila akar-akarnya telah dipotong dan dicabut dari tanah.

Dengan demikian, upaya menuntaskan dosa harus sampai pada akar-akarnya. Akar-akar dosa yang menjadi potensi dosa selalu tinggal dalam diri manusia. Tujuh akar dosa adalah kesombongan (cinta diri/egoisme), iri hati, kemarahan, ketamakan (keserakahan/loba), nafsu badani, kikir (pelit), kemalasan yang sering disebut juga dengan 7 akar dosa.

Pokok Bahasan 6:   Buah-buah Pertobatan

Tak ada gading yang tak retak. Demikian juga setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan atau jatuh ke dalam dosa. Tidak jarang perasaan bersalah atau berdosa akan menghantui dan menjadi beban berat yang selalu menyertai setiap langkah kita. Namun, semua itu akan sirna ketika kita sudah mengaku salah dan meminta maaf, terlebih setelah kita mengaku dosa di hadapan Romo dan mendapatkan penitensi bagi yang beragama Katolik. Ketenangan, kedamaian, dan kelegaan adalah contoh dari buah-buah pertobatan. Buah-buah pertobatan dapat dikelompokkan menjadi iman, harapan, dan kasih.

Pokok Bahasan 7:    Semangat Pertobatan Bapa Fransiskus Assisi

Membangun pertobatan dimulai dari hati yang harus disertai keinginan kuat dan sungguh-sungguh. Di samping kelicikan setan yang tidak kenal menyerah, manusia sendiri juga memiliki kecenderungan jatuh ke dalam dosa lagi. Sejarah pertobatan Fransiskus ditandai dengan upaya terus-menerus untuk meningkatkan kualitas hubungannya dengan Allah. Doa akan semakin meneguhkan dan memberikan kekuatan rahmat untuk melawan godaan setan. Berpuasa dan matiraga menjadi tanda bahwa kita sungguh hendak kembali kepada-Nya. Akhirnya, seluruh hidup diorientasikan pada Yesus yang wafat di kayu salib. Yesus telah mewariskan kepada kita satu-satunya jalan menuju keselamatan, yaitu jalan salib.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *