Materialisme - Materialisme adalah paham yang memuja materi, gaya hidup yang menekankan segi kebendaan. Segala sesuatu, termasuk relasi antar sesama manusia, diukur dengan kebendaan, harta dunia yang kasat mata, bahkan selalu menekankan untung rugi. Paham ini ditandai dengan mencari harta dan uang, yang secara umum disebut mata duitan. Tujuan hidup adalah mengumpulkan harta benda sebanyak-banyaknya. Persahabatan diukur dari keuntungan materi yang akan diperoleh. Untuk menghadapi sikap materialisme ini, kita memiliki semangat kesederhanaan, belarasa, dan rela berbagi dengan sesama, sebagaimana telah dicontohkan Ibu Magdalena Daemen.
IBLIS ITU BERNAMA MATERIALISME
Suatu ketika seorang teman menjelaskan fasilitas-fasilitas dari telpon seluler yang dimilikinya. Telpon itu canggih, bisa digunakan untuk memotret, membuat film pendek, mendengarkan lagu, mendengarkan radio, mengakses internet, dan tentu saja untuk menelpon dan mengirim sms. Dengan fasilitas seperti itu tentu harganya sangat mahal. Saya bertanya, “Kenapa beli hape sampe yang harganya mahal gitu?”
Ia pun menjawab, “Biar trendi bos! Loe jangan-jangan gak ngikutin perkembangan teknologi ya?”
Saya berpikir, sebenarnya apa sih tujuan utama dari telpon selular tersebut? Bukankah hanya untuk menghubungi seseorang atau mengirim sms? Dulu untuk mengirim surat orang perlu pergi ke kantor pos. Kini hanya diperlukan seperangkat unit komputer yang diperlengkapi oleh internet. Hanya dengan sekali “klik”, berita yang kita kirim bisa sampai hanya dalam waktu tidak sampai 3 menit ke seluruh dunia. Kemudahan-kemudahan itu memang menyenangkan, bisa menghemat tenaga, waktu, dan biaya. Tetapi, kemajuan yang pesat telah mengubah pola pikir kita. Barang tidak lagi dicari untuk memenuhi kebutuhan dan mempermudah hidup kita tetapi lebih untuk memenuhi gengsi.
Dulu, televisi hanya menyiarkan informasi atau hiburan saja. Tetapi, sekarang televisi menawarkan iklan-iklan yang membuat orang gatal mata. Barang-barang yang ditawarkan oleh media membuat air liur seseorang turun. Kita mudah terpengaruh dan ingin memiliki seperti apa yang disajikan oleh televisi. Akibatnya orang berlomba untuk memiliki hasil-hasil teknologi dan terapnnya. Teknologi itu kini menjadi tuhan baru bagi manusia. Iblis dengan sempurna memperdaya manusia. Tuhan ditinggalkan demi kesenangan semu yang ditawarkan. Tuhan tidak lagi diindahkan, tempat ibadah adalah suatu museum dimana hanya ada beberapa orang saja yang mengunjunginya. Persekutuan pribadi yang indah dan menyenangkan dengan Tuhan tidak lagi dilakukan. Orang sudah dikuasai budaya materialisme.
Kata materialisme terdiri dari kata materi dan isme. Materi dapat dipahami sebagai bahan, benda atau segala sesuatu yang tampak. Sehingga materialisme dapat diartikan sebagai pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu yang termasuk kehidupan manusia di dalam alam kebendaan semata, dengan mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi alam indra. Sementara itu, orang-orang yang hidupnya berorientasi kepada materi disebut sebagai materialis.
Ciri-ciri materialis antara lain:
- Diskriminatif, yaitu sikap seseorang yang membeda-bedakan atau meninggirendahkan orang lain berdasarkan keadaan ekonomi, suku, dan biologis.
- Pelit atau kikir, yaitu sikap seseorang yang tidak mau rugi atau sulit untuk mengeluarkan atau memberi sesuatu kepada sesamanya yang membutuhkan tanpa alasan yang jelas.
- Mudah merendahkan atau meremehkan segala yang bersifat keagamaan atau moralitas dalam ucapan dan tindakan nyata.
- Mengukur relasi atau pergaulan hanya dari sisi untung dan rugi, tanpa mau berkorban bagi orang lain.
Demikianlah, sikap materialistis bisa menjauhkan manusia dari Tuhan dan sesama, sebab materi menjadi yang paling utama bagi orang tersebut. sesama bisa diperalat dan diperas. Sikap materialistis bisa membuat orang hidup tidak bahagia karena ambisi untuk memeliki barang yang terus meningkat tanpa pernah terpuaskan. Bersyukur atas segala hal yang kita dapat dan kita miliki dalam hidup kita menjadi car melawannya. Tidak ada salahnya kita mengumpulkan materi sebanyak-banyaknya. Hanya saja kita tidak boleh menomor-satukan materi dalam hidup kita, sehingga kita melupakan/mengabaikan Tuhan, agama maupun hati nurani kita sendiri. Karena semakin banyaknya materi yang kita miliki tidak bisa menjamin semakin bahagianya kita dalam hidup. Akan lebih baik materi yang kita dapatkan, dikelola dengan bijaksana dengan memberikan kelebihan harta yang kita miliki untuk menolong orang lain yang masih kurang mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sumber :
- http://artikel.sabda.org/materialisme/ diunduh pada15 Maret 2016/ 12.35 wib
- http://montzella.blogspot.co.id/2013/03/makalah-materialisme.html/ diunduh pada 15 Maret 2016/12.40 wib
Teks 2 : Sejarah hidup ibu Magdalena Daemen
Biara Baru
Pada 10 Mei 1835, di gereja paroki, Pastor Van der Zandt mempersembahkan misa Roh Kudus. Kemudian dengan gembira mereka menuju Kreppel, di mana Pastor Van der Zandt berkenan memberkati kamar demi kamar dengan air suci. Peristiwa yang menggembirakan ini disambut dengan penuh sukacita dan rasa syukur. Akhirnya 10 Mei dirayakan sebagai berdirinya kongregasi. Kreppel sebagai tempat tinggal mereka yang baru diberi nama ”Biara Hati Kudus Yesus dan Maria”.
Beberapa hari kemudian, mereka menanggalkan pakaian duniawi dan Pastor Van der Zandt menerimakan pakaian tapa denda Santo Fransiskus. Pastor mencatat peristiwa ini demikian: ”Setelah misa khusus meriah untuk menghormati Roh Kudus pada 11 Februari 1836, saya menyerahkan kepada mereka habit suci dari Ordo III Santo Fransiskus yang disebut tapa denda dan mereka mengambil nama:
Catharina Daemen: Sr. M. Magdalena Daemen, diangkat sebagai pemimpin,
Gertrude Kerkels: Sr. M. Clara,
Catharina Deckers: Sr. M. Fransisca,
Catharina Elisabeth Steenkens: Sr. M. Angelina.
Para suster yang baru ini mengikat pinggang mereka dengan tali sebagai tanda bahwa untuk selamanya mereka akan terikat pada beban manis Tuhan, yaitu kemiskinan, ketaatan, dan kemurnian. Mereka menutup kepala mereka dengan kerudung yang menjadi tanda bahwa mereka mengingkari dunia dan sebaliknya, mereka juga mau diingkari dunia.
Kemudian mereka dengan penuh semangat karena gembira melambungkan lagu pujian “Te Deum” sebagai ungkapan syukur bahwa Tuhan telah berkenan memilih putri-putri yang miskin dan rendah hati menjadi mempelainya. Ibu Magdalena Daemen tidak mempersoalkan apakah kongregasinya harus memilih arah aktif atau kontemplatif. Ia mengetahui kebutuhan desanya, kebutuhan zamannya, kebutuhan masyarakat desa di sekitarnya. Ia tidak ambil pusing mengenai soal-soal teoritis. Ia juga mengabaikan kebiasan atau hal-hal yang berlaku umum pada waktu itu. Ia membiarkan dirinya dibimbing Roh Kudus. Ia mengikuti gagasannya untuk memenuhi kebutuhan zamannya, kebutuhan masyarakat sekitarnya, terutama kaum miskin sederhana. Di samping mati raga seperti Maria dalam Kitab Suci, mereka juga bekerja seperti Martha di rumah, sekolah, kebun atau melaksanakan pekerjaan cinta kasih merawat orang sakit dan membantu keluarga-keluarga miskin. Semua ini dikerjakan demi kemuliaan Allah yang menguatkan mereka dengan rahmat berlimpah.
(Sumber: Buku Ibu Magdalena Demen dan Kongregasinya, Bab Biara Baru, hal 71)
- Sejauh yang Anda tahu, apakah budaya materialisme sudah ada dalam lingkungan pergaulan Anda?
- Adakah efek negatif yang sudah muncul yang Anda rasakan akibat budaya materialisme?
- Dari bacaan di atas, cobalah temukan keutamaan ibu Magdalena Daemen dalam menghadapi semangat materialisme.
- Tindakan konkret apa yang dapat Anda lakukan untuk melawan budaya materialisme?
Peneguhan
Berdasarkan puisi NDNC; di zaman sekarang, uang dianggap sebagai sesuatu yang sangat penting sehingga seringkali menimbulkan banyak masalah. Orang sering menganggap bahwa orang zaman sekarang terlalu materialistis. Jangan salah paham dulu karena sebenarnya orang juga punya jawaban yang masuk akal. Uang bukanlah segalanya,tapi segalanya butuh uang. Suatu pernyataan yang cukup menjelaskan mengapa orang cenderung lebih sensitif terhadap materi. Dari sudut pandang antropologi sebenarnya tidak aneh jika orang bersikap materialistis.
Berikut beberapa ciri orang materialistis murni :
- Punya Gengsi yang Tinggi
Orang materialistis murni selalu punya standar yang tinggi akan selera. Contoh: Minimal tungganganya Ninja, jajan tidak kurang dari Pizza, dan pergi ke bioskop minimal sebulan dua kali.Gaya hidup mereka biasanya juga amat glamour.
- Hobi Pamer Harta Benda
Mereka tidak perduli dari mana datangnya barang itu. Asalkan bisa membuat orang terpukau, mereka sudah senang (status sosial).
- Suka Jalan Pintas
Orang tipe ini tidak pernah mau susah dalam memenuhi semua keinginanya. Entah itu dengan cara memeras orang tua atau menekan teman. Mereka tidak perduli.
- Punya Komunitas Sendiri
Seseorang biasanya berserikat dan berkumpul karena adanya kesamaan paham dan tujuan. orang materialistis sering menganggap status dirinya tinggi. Karena itulah, dalam rangka menegaskan status sosialnya. Mereka kadang membentuk perkumpulan yang berisikan kaum-kaum elite.
- Suka Menyindir Untuk Barang yang Mahal
Mereka juga kadang memprovokasi pacarnya. Supaya mau berlomba-lomba (dengan pacar-pacar teman satu komunitas) untuk memenuhi semua kebutuhanya. Biasanya orang yang gampang termakan adalah mereka yang sama-sama doyan pamer barang.
Belajar dari Ibu Magdalena Daemen, keyakinan bahwa “Tuhan yang akan menyelenggarakan” telah menghantarkannya sampai pada keyakinan bahwa tidak ada yang perlu dicemaskan dan dirisaukan karena Allah sungguh akan menyelenggarakan. Berkat keyakinan yang kuat ini, ia berpikir positif dan sanggup menanggung setiap kesulitan yang harus dialaminya.
Pada tahun-tahun pertama kehidupan mereka di Heythusen diwarnai dengan kesederhanaan kalau tidak mau dibilang serba kekurangan. Perlengkapan rumah tangga ala kadarnya, tidak adanya makanan di dapur sudah menjadi situasi yang akrab bagi ibu Magdalena Daemen dan kawan-kawannya. Dalam situasi seperti itu, beliau mengatakan “Alangkah besar kebaikan Tuhan kepada kita, karena justru dalam kemiskinan ini kita tetap merasa puas. Sungguh kami merasa lebih bahagia dengan perjamuan fransiskus ini dari pada orang-orang kaya raya.”
- Refleksi
Cobalah renungkan pengalaman hidup Anda. Apakah Anda termasuk orang yang materialis? Tulislah niat atau usaha-usaha yang akan Anda lakukan untuk memperbaiki perilaku materialis.