Cinta Segala Ciptaan - Bentuk persaudaraan yang lain adalah dengan segala ciptaan. Manusia diciptakan sebagai gambaran Allah dan diberi kuasa untuk mengelolanya. Hanya saja, kekuasaan itu tidak bersifat mutlak. Karena berasal dari Allah sendiri, maka pengelolaannya pun sesuai kehendak Allah, yaitu untuk kepentingan bersama. Fransiskus lebih lanjut mengungkapkan bahwa cinta kepada segala ciptaan merupakan perwujudan cinta kepada Sang Penciptanya sendiri.
- Pengantar
Berfirmanlah Allah, “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” Maka, Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia, laki-laki dan perempuan, diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka, “Beranakcuculah dan bertambah banyak, penuhilah bumi dan taklukkanlah itu. Berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” (Kej 1: 26-28).
Manusia diberi kuasa untuk mengatur, memelihara, mengusahakan, dan memanfaatkan alam ciptaan. Alam ciptaan juga harus diwariskan kepada generasi berikutnya. Karena keserakahan manusia yang mementingkan diri sendiri, alam mulai rusak. Bapa Fransiskus Assisi dikenal sebagai sahabat segala ciptaan. Cintanya kepada semua ciptaan sebagai ungkapan syukur dan sekaligus hormatnya pada Sang Pencipta sendiri. Semua makhluk diciptakan oleh Sang Pencipta yang sama, maka memiliki kedudukan yang sama.
Cinta Kasih Fransiskus kepada Segala Ciptaan demi Pencipta
Kiranya terlalu jauh dan juga mustahil bagi kami untuk menyebutkan dan mengumpulkan segala sesuatu yang telah diajarkan Bapa Fransiskus selagi masih hidup. Siapakah akan pernah mengungkapkan kebaktiannya yang tinggi kepada kepentingan Allah? Siapakah gerangan dapat melukiskan sukacita manis yang dinikmatinya, apabila ia dalam makhluk-makhluk itu memandang kebijaksanaan, kekuasaan, dan kebaikan Sang Pencipta? Sebab justru pandangan itu begitu sering memenuhinya dengan sukacita yang menakjubkan dan tak terkatakan, apabila ia menengadah ke matahari, memandang bulan, atau dengan penuh kekaguman melihat cakrawala dan bintang-bintang. Oh, kesalehan yang sederhana dan kesederhanaan yang saleh.
Terhadap cacing pun teramat hangat cintanya, karena ia telah membaca tentang Penyelamat seperti telah dikatakan, “Aku ini cacing dan bukan lagi manusia.” Karena itu, dipungutnya cacing-cacing di jalan dan diletakkannya di tempat yang aman agar jangan diinjak kaki orang-orang yang lewat. Apa gerangan akan kukatakan tentang makhluk-makhluk lainnya yang lebih rendah, bilamana di musim dingin, ia menyuruh memberikan madu atau anggur terbaik kepada lebah yang berdaya guna dan nalurinya yang ulung agar jangan sampai binasa karena hawa dingin dan es. Pekerjaan lebah-lebah yang berdaya guna dan nalurinya yang ulung dipujinya begitu tinggi akan kemuliaan Tuhan, sehingga ia sering sehari penuh mengangkat pujian atas lebah-lebah dan atas makhluk-makhluk lainnya. Sebab seperti dahulu ketiga pemuda di dalam tungku api yang bernyala-nyala mengajak semua unsur untuk memuji dan memuliakan Pencipta semesta alam, demikian pun pria suci itu, penuh dengan Roh Allah, tidak henti-hentinya memuliakan, meluhurkan makhluk, dan memuji Pencipta segala sesuatu di dalam segala unsur dan makhluk.
Alangkah besar kegembiraan yang ditimbulkan dalam hatinya oleh keelokan bunga-bunga. Jika ia melihat kemolekannya dan menghirup bau harumnya yang sedap, segera ia mengalihkan pandangan matanya kepada keindahan bunga yang tumbuh berseri-seri di musim semi dari taruk Jesse, dan yang telah menghidupkan kembali ribuan orang mati yang tak terbilang jumlahnya dengan keharumannya. Jika ia menjumpai bunga yang besar jumlahnya, ia lalu berkhotbah kepada mereka dan mengajak mereka untuk memuji Tuhan, seakan-akan bunga-bunga itu makhluk-makhluk yang berakal budi. Demikian pun ia mengingatkan ladang-ladang gandum dan kebun-kebun anggur, bukit-bukit batu, hutan-hutan, dan segala padang yang permai, mata air yang membuai-buai, dan kebun-kebun subur yang menghijau, tanah dan api, udara dan angin dalam kemurniannya yang cerah kepada cinta kasih Allah dan menganjurkan kepadanya untuk kepatuhan yang riang. Akhirnya segala makhluk disebutnya Saudara, dan dengan cara unggul, yang tidak pernah dialami orang-orang lainnya ia menembus dengan ketajaman hatinya sampai ke dalam rahasia sekalian makhluk, karena ia sudah meningkat masuk sampai ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah. Kini ia memuji Engkau, ya Yesus, yang mengagumkan, bersama dengan para malaikat. Ia yang di dunia sudah mewartakan Engkau kepada segala makhluk sebagai yang patut dicintai.
Sebab ia tercekam oleh cinta kasih, yang mengatasi segala pengertian insani, apabila ia menyerukan nama-Mu, ya Tuhan yang Kudus, dan seluruh keberadaannya lalu penuh dengan kegembiraan dan sukacita yang amat murni. Ia tampak bagaikan manusia baru dari dunia lain asalnya. Apabila ia di mana pun jua menemukan tulisan, yang memuat sabda Ilahi atau perkataan manusia, baik di jalan, di rumah, atau di lantai, maka dikumpulkannya itu dan diletakkannya di tempat yang sopan, justru karena kekhawatirannya, kalau-kalau tulisan itu memuat nama Tuhan atau sesuatu yang bersangkut paut dengan nama itu.
Ketika seorang saudara pada suatu hari menanyakan kepadanya, mengapa ia dengan rajin mengumpulkan juga tulisan orang kafir dan tulisan-tulisan yang tidak memuat nama Tuhan, maka ia menjawab kepadanya, “Nak, karena di dalamnya terdapat huruf-huruf, yang dari padanya dapat disusun nama termulia Tuhan Allah. Dan lagi yang baik yang terdapat di dalamnya berasal bukan dari orang kafir atau dari orang mana pun, melainkan dari Allah semata-mata, yang adalah pemilik segala yang baik.” Yang tidak kurang menakjubkan ialah ketika ia menyuruh menulis surat untuk memberikan salam atau nasihat, ia takkan mengizinkan untuk menghapus huruf atau suku kata satu pun, meski itu berkelebihan atau salah tempatnya sekalipun.
Alangkah indah, cemerlang, dan mulialah ia tampak di dalam kejujuran hidupnya, kesederhanaan tutur katanya, kemurnian hatinya, cinta kasihnya kepada Allah, cinta kasih persaudaraannya, ketaatannya yang bernyala-nyala, penyesuaian yang rukun, dan pandangan kemalaikatannya. Ia lemah lembut dalam tingkah laku, tenang tabiatnya, ramah tamah dalam tutur kata, amat bijaksana dalam petuahnya, amat tepercaya dalam rahasia yang dipercayakan kepadanya, berhati-hati dalam memberikan nasihat, berhasil dalam perbuatan, menambat hati dalam segala-galanya. Ia teguh hati dalam niatan, mantap dalam keutamaan-keutamaan, tabah dalam rahmat, dan selalu sama dalam segala keadaan. Ia cekatan dalam memaafkan, lambat dalam amarah, bebas perangainya, gemilang dalam ingatan, tajam dalam membahas sesuatu, hati-hati dalam memilih, dan sederhana dalam segala- galanya. Ia keras terhadap dirinya sendiri, tetapi murah hati terhadap orang lain, pandai membeda-bedakan dalam segala-galanya.
Ia mahir berbicara, bermuka riang, ramah roman mukanya, bebas dari ketakutan, tanpa kurang ajar. Perawakannya sedang, agak kecil daripada besar, kepalanya sedang dan bulat, wajahnya agak panjang dan lonjong, dahinya rata dan tidak lebar, matanya sedang dan terang, rambutnya hitam gelap, alisnya lurus, hidungnya seimbang, tipis dan lurus, telinganya tegak tetapi kecil, pelipisnya rata. Tutur katanya menawan hati, hidup dan tajam; suaranya kuat, merdu, terang dan nyaring; giginya rapat, rata, dan putih; bibirnya agak kecil dan tipis, jenggotnya hitam dan tidak tebal, lehernya ramping, pundaknya lurus, lengannya pendek, tangannya halus, jari-jarinya panjang dan kukunya menjulur, betisnya ramping, kakinya kecil, kulitnya halus dan lembut; ia amat kurus berbaju kasar, tidurnya amat pendek, dan amat murah tangannya.
Karena ia amat rendah hati, maka ia memperlakukan semua orang dengan kelembutan hati. Ia menyesuaikan diri dengan sewajarnya dengan watak semua orang. Ia lebih suci di tengah-tengah orang suci dan di tengah-tengah orang berdosa, ia merasa dirinya salah seorang dari mereka. Tolonglah para pendosa, ya Bapa yang kudus, penyayang para pendosa, dan kami mohon, sudilah dalam belas kasihmu menegakkan kembali orang- orang yang kau lihat berbaring secara menyedihkan dalam kekejian dosa, berkat doa perantaraanmu yang mulia.
(Sumber: buku Fransiskus dari Assisi: Riwayat Hidup I Bab XXIX, Thomas dari Celano)
Pertanyaan panduan:
- Dari bacaan di atas, bagian mana yang menarik? Mengapa?
- Nilai persaudaraan seperti apa yang dapat Anda temukan?
- Berdasarkan bacaan di atas, bagaimana sikap Bapa Fransiskus terhadap alam ciptaan?
- Apakah nilai-nilai persaudaraan itu dapat kita terapkan dalam kehidupan kita?
Peneguhan
- Siapakah gerangan dapat melukiskan sukacita manis yang dinikmatinya, apabila ia dalam makhluk-makhluk itu memandang kebijaksanaan, kekuasaan, dan kebaikan Sang Pencipta? Sebab justru pandangan itu begitu sering memenuhinya dengan sukacita yang menakjubkan dan tak terkatakan, apabila ia menengadah ke matahari, memandang bulan, atau dengan penuh kekaguman melihat cakrawala dan bintang-bintang. Oh, kesalehan yang sederhana dan kesederhanaan yang saleh.
- Nilai persaudaraan yang diteladankan Bapa Fransinkus Assisi adalah :kejujuran hidupnya, kesederhanaan tutur katanya, kemurnian hatinya, cinta kasihnya kepada Allah, cinta kasih persaudaraannya, ketaatannya yang bernyala-nyala, penyesuaian yang rukun, dan pandangan kemalaikatannya
- Cinta kepada segala ciptaan merupakan perwujudan cinta kepada Sang Penciptanya sendiri. Terhadap cacing pun teramat hangat cintanya, karena ia telah membaca tentang Penyelamat seperti telah dikatakan, “Aku ini cacing dan bukan lagi manusia.” Artinya Bapa Fransikskus sungguh sangat menghormati dan menyayangi segala Ciptaan-Nya, bahkan ciptaan yang paling kecilpun seperti seperti cacing, apalagi terhadap sesamanya, ia amat rendah hati, maka ia memperlakukan semua orang dengan kelembutan hati.
- Refleksi
Buatlah catatan pribadi tentang nilai-nilai yang Anda peroleh dan niat-niat yang ingin Anda lakukan.