Bekal Spiritualitas Di Tengah Hiruk Pikuk Dunia dan Neoliberalisme

Tuhan Allah Bapa Sungguh Baik

Tuhan Allah Bapa Sungguh Baik - Manusia sering kali mencari jalan keselamatannya sendiri tanpa menghiraukan kehendak Tuhan. Manusia lebih senang mengikuti keinginan daging daripada keinginan roh. Pada kenyataannya, manusia tidak mampu berbalik menuju jalan yang sesuai kehendak roh, kecuali atas bantuan Allah sendiri. Pertobatan pertama-tama karena adanya kebaikan Allah yang mau menyelamatkan manusia. Allah Bapa yang dengan penuh kesabaran menyapa dan menawarkan keselamatan. Meskipun tidak jarang manusia menolak atau mungkin cepat melupakan sapaan Allah Bapa dan jatuh kembali kedalam dosa.

Allah menyapa manusia lewat berbagai cara. Ada yang sangat jelas dan demonstratif tetapi ada juga dengan cara yang sangat sederhana yaitu melalui peristiwa sehari-hari. Sesungguhnya kita tidak berhak untuk menuntut tanda-tanda atau sapaan yang sangat jelas, sebagaimana yang dialami nabi Musa ataupun Saulus. Dari kisah Fransiskus kita dapat melihat bahwa Allah menyapanya dengan melalui banyak peristiwa. Ketika Fransiskus sakit, melalui mimpi saat tidur, jawaban ketika berdoa dengan tekun, melalui kotbah Imam saat mengikuti misa ataupun saat membaca Kitab Suci. Sungguh hanya melalui peristiwa sehari-hari yang juga kita alami. Kita hanya perlu membuka telinga, membuka mata dan terlebih membuka mata hati kita untuk dapat menangkap sapaan dari Allah. Kita butuh suara hati yang jernih.

Dalam banyak kejadian, seringkali kita tidak mampu menangkap sapaan dari Allah. Setelah peristiwa berlalu barulah kita menyadarinya. Misal mimpi selalu kita anggap sebagai bunga tidur. Tidak pernah terpikirkan bahwa Allah bisa memakai mimpi untuk menyapa kita. Saat kita menderita sakit, maka gerutuan dan keluhan yang lebih cepat kita nyatakan. Jarang kita memikirkan bahwa sakit yang diderita akan menjadi sarana terjadinya  sapaan dari  Allah. Pada saat sakit kemudian kita merasa mengalami sesuatu, maka kita anggap sebagai sedang mengigau akibat demam atau panas tinggi.

  1. Pengantar

Pertobatan pertama-tama terjadi karena adanya kebaikan Allah yang mau menyelamatkan manusia. Allah Bapa selalu setia menyapa dan menawarkan keselamatan, meskipun tidak jarang manusia menolak, cepat melupakan sapaan Allah Bapa, bahkan jatuh kembali ke dalam dosa. Allah menyapa manusia lewat berbagai cara, ada cara yang sangat jelas, sebagaimana dialami Musa, Saulus, atau pun Bapa Fransiskus Assisi. Ada pula cara yang sangat sederhana, yaitu melalui peristiwa sehari-hari. Kita hanya perlu membuka telinga, mata, dan hati kita untuk dapat menangkap sapaan Allah. Kita butuh suara hati yang jernih. Karena itulah suara hati harus selalu kita asah.

Tahap-tahap Pertobatan Fransiskus

Pada masa mudanya, Fransiskus hidup dalam pesta pora dan mengejar ketenaran dengan ikut berperang. Di tengah keasyikannya, datanglah Allah menyapanya melalui kegelisahan batin dan gangguan badan. Fransiskus jatuh sakit untuk beberapa lama. Bosan berbaring, ia keluar rumah hendak menikmati indahnya pemandangan kebun anggur milik keluarganya. Tiba-tiba ia mengalami perubahan yang mencolok. Ia tidak lagi tertarik dengan keindahan kebun anggurnya. Ia heran atas perubahan mendadak dalam dirinya. Sejak hari itu, ia mulai merasakan dirinya tak lagi tertarik pada hal-hal yang tadinya dikagumi dan dicintainya.

Namun, rencana Allah mengenai hidupnya belum diketahuinya. Ketika sudah sembuh, ia masih saja berkeras hati hendak bertolak ke Apulia untuk ikut dalam ekspedisi militer. Ia berharap dapat membawa harta dan keharuman nama. Namun pada suatu malam, dalam perjalanan menuju Apulia, ia dikunjungi Tuhan.

Saat Fransiskus tidur nyenyak, seseorang memanggil namanya dan mengantarnya ke puri yang sangat luas dan menyenangkan. Pada dinding-dindingnya bergantungan baju-baju rantai yang mengilap, perisai-perisai yang berkilau-kilauan, dan segala macam senjata dan baju zirah para pejuang. Fransiskus merasa senang dan bertanya dalam hatinya, diperuntukkan bagi siapakah senjata yang sangat bagus dan puri indah itu? Dalam mimpi itu, ia mendapat jawaban bahwa semuanya itu untuknya. Ketika terjaga, Fransiskus bangun dengan gembira. Ia mengira mimpi itu meramalkan kemakmuran baginya.

Ketika tiba di Spoleto, Fransiskus jatuh sakit. Setengah tidur, ia mendengar suara yang memanggilnya dan bertanya ke mana tujuannya. Ia menjawab dengan menceritakan rencananya, lalu suara itu bertanya, “Pada hematmu, siapa dapat mengganjar lebih baik, majikan atau hamba?”

Majikan,” jawab Fransiskus.             

Nah, mengapa engkau meninggalkan majikan untuk hamba, Tuhan yang kaya untuk orang melarat?”

Sahut Fransiskus, “Ya Tuhan, apa gerangan yang harus kuperbuat menurut kehendak-Mu?”

“Kembalilah ke tempatmu sendiri! Engkau akan diberitahu apa yang harus dilakukan. Engkau harus manafsirkan penglihatan itu dalam arti yang berlainan.” Maka, Fransiskus segera kembali ke Assisi.

Segera setelah tiba di Assisi, Fransiskus dipilih kawan-kawannya menjadi raja pesta pora. Namun, setelah pesta berakhir, Fransiskus mengalami kehampaan. Secara bertahap ia menarik diri dari keramaian untuk berdoa kepada Tuhan, Bapanya, dalam kesunyian, seperti di gua. Ia menyesali dosa masa lalunya. Ia tidak menemukan kepuasan apa pun dalam dosa itu, tetapi ia pun tidak menaruh kepercayaan pada kesanggupannya untuk menghindarkan dosa di masa depan. Bilamana ia muncul dari dalam gua dan berkumpul lagi dengan kawannya, maka perjuangan batin sudah mengubahnya sehingga ia tampak seperti orang lain. Ia menjadi murah hati. Ia takkan menolak bersedekah untuk siapa pun yang meminta demi nama Tuhan. Ia pun murah hati untuk membeli bejana-bejana dan keperluan-keperluan ibadah lainnya serta hiasan-hiasan gereja, lalu mengirimkannya diam-diam kepada imam-imam yang miskin.

Pada suatu hari, ketika berziarah ke Gereja Santo Petrus, Roma, dilihatnya banyak orang memberikan derma yang pada hematnya sangat kecil. Penuh semangat ia mengambil segenggam uang dari dalam kantongnya, lalu dilemparkannya melalui kisi-kisi ke atas altar, lalu ia keluar dari gereja. Pada anak tangga di depan gereja, ada sejumlah pengemis meminta-minta. Dengan tenang Fransiskus meminjam pakaian salah seorang pengemis, lalu berganti pakaian. Ia berdiri di anak tangga bersama pengemis-pengemis lain untuk meminta-minta. Sejenak kemudian ia menukar pakaian, lalu berdoa supaya Tuhan menunjukkan jalan yang tepat kepadanya.

Pada suatu hari, ketika ia berkuda di dekat Assisi, dijumpainya orang kusta. Ia selalu merasa ngeri terhadap penderita kusta, tetapi berusaha sekuat-kuatnya mengatasi rasa jijik yang dirasakannya. Ia turun dari kudanya dan sambil memberikan uang kepada orang kusta itu, ia mencium tangannya. Orang kusta itu lalu memberikan peluk damai kepadanya. Kemudian Fransiskus menaiki kudanya dan meneruskan perjalanannya. Sejak hari itu, ia mulai bersahabat dengan orang-orang kusta, hidup bersama-sama mereka, dan melayani mereka dengan penuh kasih sayang.

Beberapa hari kemudian, ketika ia sedang berjalan di dekat Gereja San Damiano, terdengar suara dari dalam yang mendesak Fransiskus masuk ke dalam untuk berdoa. Ia menurutinya dan sambil berlutut di depan gambar Penyelamat yang tersalib, ia mulai berdoa dengan amat khidmat. Dalam doanya, Fransiskus mendengar suara, “Fransiskus, tidakkah kau lihat bahwa rumah-Ku nyaris roboh menjadi puing- puing? Pergilah dan perbaikilah ini untukku.”

Dengan gemetar dan keheran-heranan Fransiskus menyahut, “Dengan senang hati itu hendak kulakukan, ya Tuhan.” Ia menangkap, bahwa Tuhan berbicara tentang gereja yang nyata, dan faktanya memang nyaris roboh. Dalam batinnya ia meyakini bahwa Yesus Kristus sendirilah yang berbicara kepadanya. Sejak saat itu, hatinya terkena dan terlukai cinta kasih dan belas kasihan kepada derita Kristus. Dalam hidup selanjutnya, ia menanggung luka-luka Tuhan Yesus dalam hatinya.

Ketika Fransiskus tinggal di rumah Imam San Damiano, ayahnya berkeliling mencarinya. Mendengar itu, Fransiskus menyembunyikan diri ke dalam gua. Ia berdoa supaya Tuhan membebaskannya dari pengejaran ayahnya. Namun ketika keluar dari gua, ia ditangkap, dipukul, dan didera. Ketika ayahnya mendengar ia dipukuli, ia segera datang. Bukan untuk membebaskan, melainkan menyeretnya pulang dan dikurung dalam kamar yang gelap. Semuan itu memperkuat Fransiskus. Dengan sabar Fransiskus menerima semua itu.

Saat ayahnya pergi ke luar kota, ibunya membujuk Fransiskus untuk mengurungkan niatnya. Namun ketika menyadari niat anaknya tidak dapat diubah lagi, maka dibebaskannya Fransiskus dan dilepaskannya. Sambil bersyukur kepada Tuhan, Fransiskus kembali ke tempat pengungsiannya. Sekarang ia menikmati kebebasan sebagai orang yang sudah diuji dan diperkuat dengan menanggung cobaan dan godaan.

Pada suatu hari, dalam perayaan misa kudus, Fransiskus mendengar sabda Kristus yang mengutus murid-murid-Nya untuk pergi mewartakan sabda, tanpa membawa emas atau perak, kantong bekal perjalanan, tanpa tongkat, roti, kasut, dan tanpa jubah kedua. Setelah mendengarkan tafsir imam atas sabda Injil itu, maka penuh dengan sukacita ia berteriak, “Inilah yang kuinginkan dengan segenap hati untuk kutepati.” Ia melaksanakan sabda rahmat itu dengan sebaik-baiknya. Dalam terang Roh Kudus, Fransiskus mulai mewartakan pertobatan dan hidup menurut Injil di depan umum. Banyak orang yang tersentuh hatinya dan ingin mengikuti cara hidupnya. Berkat pewartaannya, banyak orang terselamatkan hidupnya.

Sumber: buku Kisah Tiga Sahabat

  1. Dalam peristiwa apa dan di mana Fransiskus mendapatkan sapaan Allah? Apa isinya?
    1. Bagaimana Fransiskus menanggapi sapaan Allah?
    1. Apa yang terjadi ketika Fransiskus melupakan sapaan Allah?
    1. Pernahkah Anda mengalami sapaan Allah?
    1. Bagaimanakah Anda menanggapi sapaan Allah?

Peneguhan

Guru menekankan Kebaikan Allah Bapa yang selalu berusaha menarik Fransiskus dari dosa, meskipun kadang Fransiskus sendiri salah dalam menafsirkan atau cepat melupakan sapaan dari Allah. Untuk tidak kembali jatuh ke dalam dosa Fransiskus pertama-tama menarik diri dari lingkungan yang sering menyebabkannya jatuh, berdoa memohon kekuatan dari Allah untuk bertobat.

Tindakan sebagai aktualisasi pertobatan Fransiskus semakin lama akan semakin meningkat kualitasnya. Dimulai dengan semangat doa yang meningkat, mati raga dan puasa, bersahabat dengan kaum miskin, menjadi orang miskin, menjadi juru damai dan mewartakan pertobatan. Kualitas hidupnya pun akan semakin tinggi hingga mendapatkan anugerah stigmata luka-luka Yesus yang tersalib.

Peristiwa-Peristiwa Allah Menyapa Fransiskus:

  • Saat  Fransiskus tenggelam dalam pesta pora, datanglah dengan sekonyong-konyong pembalasan dendam Allah atau lebih tepat rahmat Allah atasnya dan pertama-tama menyerbu inderanya, untuk memanggil dia kembali dari sesatan, dengan mendatangkan kegelisahan batin dan gangguan badan. Fransiskus jatuh sakit parah.
    • Pada suatu malam, waktu ia gemar memikirkan kehormatan dan kemuliaan, Tuhan mengunjungi dan  menarik dirinya dengan jalan penglihatan. Sementara Fransiskus tidur nyenyak, tampaklah seorang yang memanggil namanya dan menghantar dia ke puri yang maha luas dan menyenangkan, yang dinding-dindingnya bergantungan baju-baju rantai yang mengkilap, perisai-perisai yang berkilau-kilauan dan segala macam senjata dan baju zirah para pejuang.
    • Waktu tiba di Spoleto; dan sambil berpikir dengan cemas akan perjalanannya, ia pergi tidur; tetapi setengah tidur, ia mendengar suara yang memanggilnya dan bertanya kemana tujuannya.Ia menjawab dengan menceritakan rencananya. Lalu Dia, yang dahulu menampakkan diri dalam mimpi, sekarang mengucapkan kata-kata ini:” Pada hematmu, siapa dapat mengganjar lebih baik, majikan atau hamba ?”

”Majikan” jawab Fransiskus.

”Nah mengapa engkau meninggalkan majikan untuk hamba; Tuhan yang kaya untuk orang yang melarat?”

Sahut Fransiskus: ”Ya Tuhan, apa gerangan harus kuperbuat menurut kehendak-Mu?” ”Kembalilah ke tempatmu sendiri”, demikian diperintahkan kepadanya,  ”dan engkau akan diberitahu apa yang harus dilakukan. Engkau harus manafsirkan penglihatan itu dalam artian yang berlainan. Senjata dan puri yang kaulihat itu diperuntukkan bagi ksatria-ksatria lain dari pada yang kau kirakan; dan kepangerananmu akan berlainan pula wujudnya.”

  • Selagi berpesta di jalan bersama teman-temannya sekonyong-konyong Tuhan mencengkam hatinya, memenuhinya dengan kemanisan yang tiada taranya sehingga ia tidak dapat berbicara atau bergerak. Ia hanya dapat merasakan dan mendengar kemanisan berlimpah-limpah, yang melepaskan dia sepenuhnya, sehingga seperti dikatakannya kemudian, andaikata ia dicengcang berkeping-keping, ia tidak  bergerak sedikitpun.
    • Pada suatu hari tengah ia berdoa dengan hangat kepada Tuhan, ia mendapat jawaban : ”Hai Fransiskus, jika engkau ingin mengetahui kehendak-Ku, haruslah kau benci dan kau pandang rendah apa yang hingga kini disayangi dan dimiliki tubuhmu. Segera engkau mulai melakukan itu maka segala apa yang tadinya manis rasanya dan menyenangkan bagimu akan menjadi pahit dan tak tertahan; dan sebaliknya, hal-hal yang tadinya membuat engkau menggigil, akan mendatangkan kemanisan besar kepadamu dan memuaskan hatimu.”
    • mendesak dia masuk ke dalam dan berdoa. Ia menurutinya dan sambil berlutut di depan gambar Penyelamat yang tersalib ia mulai berdoa  dengan  amat  khidmat :   ”Fransiskus,  tidakkah  kaulihat  bahwa  rumahku nyaris roboh menjadi puing-puing? Pergilah dan perbaikilah ini untukku.” Dengan gemetar dan keheran-heranan Fransiskus menyahut: ”Dengan senang hati itu hendak kulakukan, ya Tuhan.” Ia menangkap, bahwa Tuhan berbicara tentang gereja yang nyata, yang mengingat faktanya memang nyaris roboh menjadi reruntuhan.
    • Pada suatu hari dalam perayaan misa kudus ia mendengar sabda Kristus, mengutus murid-murid-Nya untuk pergi mewartakan sabda, tanpa membawa emas atau perak, kantong bekal perjalanan, tanpa tongkat, roti atau kasut dan tanpa jubah kedua. Setelah mendengarkan tafsir imam atas sabda Injil itu, maka penuh dengan suka cita yang tak terkatakan ia berteriak:” Inilah yang kuinginkan dengan segenap hati untuk kutepati.”
    • Setiap kali St. Fransiskus membuka Kitab suci, ia bersyukur kepada Tuhan atas peneguhan rangkap tiga dari keputusan dan keinginan yang sudah lama terkandung dalam hatinya.
  • Refleksi

Setelah mengenal tahab-tahab pertobatan Bapa Fransiskus Assisi dan berdiskusi, siswa diminta untuk merenungkan nilai-nilai apa yang didapat dalam pelajaran ini. Mereka diminta merumuskan dan menuliskan  gagasan-gagasan yang muncul yang ingin diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari pada buku siswa. Namun sebelumnya guru mengajak untuk merenungkan tulisan Antony de Mello berikut ini:

Domba yang Hilang

Seekor domba menemukan lubang di pagar dan merangkak keluar lewat lubang itu.

Ia begitu senang karena dapat lepas.

 Ia berjalan jauh dan ternyata tidak dapat menemukan jalan untuk kembali.

Kemudian ia tahu bahwa ia dibuntuti seekor serigala.

Ia lari tungggang langgang, tetapi serigala terus mengejarnya.

Untunglah si gembala datang menolong.

Gembala itu membawanya kembali dengan penuh kasih untuk berkumpul kembali dengan kawanannya.

Dan, meskipun setiap orang mendesak untuk menutup lubang itu,

namun gembala itu tidak mau melakukannya.

(Sumber: buku Burung Berkicau, A. De Mello).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *