Semangat Pertobatan St. Fransiskus Assisi - Membangun pertobatan mestinya dimulai dari hati. Tentu saja harus disertai dengan keinginan yang kuat dan sungguh-sungguh. Sebab di samping karena kelicikan setan yang tidak kenal menyerah, dari pihak manusia sendiri juga punya kecenderungan untuk jatuh kembali ke dalam dosa . Godaan dari lingkungan seringkali tidak mampu kita atasi dan berakibat melemahkan niat kita untuk bertobat. Sejarah pertobatan Fransiskus ditandai dengan upaya secara terus-menerus untuk meningkatkan kualitas hubungannya dengan Allah sendiri. Dari upaya menarik diri dari lingkungan penyebab dosa hingga meningkatkan semangat doa dan matiraga. Semangat doa yang kuat akan menghasilkan rahmat berlimpah dan akan semakin meneguhkan dan memberi kekuatan untuk melawan godaan setan. Berpuasa dan mati raga merupakan tanda pertobatan dan pernyataan sungguh-sungguh hendak kembali kepadaNya. Dan akhirnya seluruh hidup Fransiskus diorientasikan pada Yesus yang wafat dikayu salib. Yesus telah mewariskan kepada kita satu-satunya jalan menuju keselamatan yaitu jalan salib.
- Pengantar
Semangat doa yang kuat akan menghasilkan rahmat berlimpah, semakin meneguhkan, dan memberi kekuatan untuk melawan godaan setan. Berpuasa dan matiraga merupakan tanda pertobatan dan pernyataan sungguh-sungguh hendak kembali kepada-Nya. Pertobatan harus dimulai dari hati dan disertai keinginan kuat dan sungguh-sungguh. Namun, godaan dari lingkungan sering kali tidak mampu kita atasi dan berakibat melemahkan niat kita untuk bertobat. Sejarah pertobatan Fransiskus ditandai dengan upaya secara terus-menerus untuk meningkatkan kualitas hubungannya dengan Allah. Ia berupaya menarik diri dari lingkungan penyebab dosa serta meningkatkan semangat doa dan matiraga.
- Langkah-langkah Pembelajaran
- Membaca Teks
Seperti yang Kau ingini, barangkali inilah sikap Bapa Fransiskus setelah bertobat. Bacalah teks berikut, kemudian temukanlah upaya-upaya yang dilakukan untuk hidup dalam pertobatan. Guru meminta siswa untuk membaca teks yang sudah ada dalam buku siswa. Dengan demikian setiap siswa dapat membaca secara pribadi dengan tenang. Namun bisa juga dengan meminta salah satu siswa membaca dan yang lain menyimak.
Semangat Pertobatan Fransiskus
Menyadari kalau ia masih sering tergoda untuk kembali ke cara hidup lama, secara bertahap Fransiskus menarik diri dari pergaulan dengan teman-temannya. Ia menarik diri untuk berdoa dalam kesunyian. Dalam doanya, ia selalu mohon rahmat dan kekuatan untuk teguh dalam pengharapan.
Pada suatu hari, tengah ia berdoa dengan hangat kepada Tuhan, ia mendapat jawaban, “Hai Fransiskus, jika engkau ingin mengetahui kehendak-Ku, haruslah kau benci dan kau pandang rendah apa yang selama ini kau kagumi dan kau ingini. Begitu engkau mulai melakukan itu, maka segala apa yang tadinya manis rasanya dan menyenangkan bagimu akan menjadi pahit dan tak tertahan. Sebaliknya, hal-hal yang tadinya membuat engkau menggigil akan mendatangkan kemanisan besar kepadamu dan memuaskan hatimu.”
Mulai saat itu, Fransiskus Assisi menjalani kehidupan yang baru. Tidak ada lagi pesta pora mewarnai hidupnya. Sebaliknya, ia banyak melakukan matiraga dengan berpantang dan berpuasa. Tidak hanya saat sehat, bahkan saat tubuhnya didera sakit pun, ia tetap berpuasa. Ia selalu mencari cara baru dalam berpantang dan berpuasa, seolah-olah ia baru memulainya. Tidak dibiarkannya tubuhnya menikmati kelezatan makanan dan minuman yang akan membuatnya lupa dengan derita Yesus yang tersalib. Tidak jarang dibiarkannya masakan tawar tanpa bumbu, bahkan pada kesempatan lain, ia akan menaburkan abu ke dalam makanan yang akan disantapnya. Dengan keras Fransiskus juga mengendalikan hawa nafsu seksnya. Ketika hasrat itu muncul, ia melepaskan bajunya dan berguling-guling di atas salju.
Sekarang seluruh hidupnya hanya terarah pada derita Yesus yang tersalib. Yesus yang adalah Putra Allah telah rela menghampakan (atau menghambakan?)(ini maksudnya mengosongkan diri, melepaskan keAllah-Nya) diri, turun menjadi manusia hina yang menderita hingga wafat di kayu salib karena cinta-Nya kepada manusia. Maka bagi Fransiskus, tidak layak kalau ia memberi kesempatan kepada tubuhnya untuk menuruti hawa nafsunya. Yesus rela menderita, hidup miskin karena cinta-Nya. Maka, sekarang Fransiskus pun ingin mengikuti jejak-Nya dengan membaktikan hidupnya untuk sesama. Ia rela hidup miskin bersama dengan orang miskin dan penderita kusta. Hatinya telah terkena dan terlukai cinta kasih dan belas kasihan kepada derita Kristus. Dalam hidup selanjutnya, ia menanggung luka-luka Tuhan Yesus dalam hatinya
Pada suatu hari, dalam perayaan misa kudus, Fransiskus mendengar sabda Kristus yang mengutus murid-murid-Nya untuk pergi mewartakan sabda, tanpa membawa emas atau perak, kantong bekal perjalanan, tanpa tongkat, roti, kasut, dan tanpa jubah kedua. Setelah mendengarkan tafsir imam atas sabda Injil itu, maka penuh dengan sukacita ia berteriak, “Inilah yang kuinginkan dengan segenap hati untuk kutepati.” Ia melaksanakan sabda rahmat itu dengan sebaik-baiknya. Dalam terang Roh Kudus, Fransiskus mulai mewartakan pertobatan dan hidup menurut Injil di depan umum. Banyak orang yang tersentuh hatinya dan ingin mengikuti cara hidupnya. Berkat pewartaannya, banyak orang terselamatkan hidupnya.
Sumber: buku Kisah Tiga Sahabat
Membaca Kitab Suci
Bacalah kutipan Kitab Suci berikut, lalu bandingkanlah dengan catatan Anda hari ini.
Kekuatan Injil
(Rm 1: 16-17)
Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis, “Orang benar akan hidup oleh iman”.
Peneguhan
Semangat pertobatan Fransiskus ditandai dengan pertobatan terus menerus. Seluruh hidup Fransiskus selalu terarah pada Yesus Kristus yang tersalib. Penyesalannya yang mendalam atas segala dosa yang pernah dilakukannya yang diyakini telah melukai hati Yesus. Sebagai silih atas segala dosa-dosanya, Fransiskus berpantang dan berpuasa mematikan raga dengan keras serta berdoa dengan tekun. Bagaimana Fransiskus Begitu diresapi nasehat-nasehat kesempurnaan Injili, sehingga menukarkan pakaian luarnya dan mengambil nasehat-nasehat kesempurnaan lahir dan batin menjadi kepunyaannya.
- Refleksi
Setelah mengenal sejarah hidup Bapa fransiskus Assisi dan berdiskusi, siswa diminta untuk merenungkan nilai-nilai apa yang didapat dalam pelajaran ini. mereka diminta merumuskan dan menuliskan gagasan-gagasan yang muncul yang ingin diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari pada buku siswa.