Hari itu, sesampainya saya di rumah, saya langsung beristirahat karena saya merasa tubuh saya sangat lelah dan butuh istirahat. Lalu pada sore hari saya terbangunkan oleh alarm yang sudah saya pasang, saya pun langsung menghidupkan hp saya untuk mematikan alarm, lalu saya pun berdiri dari tempat tidur saya dan mulai berjalan ke kamar mandi untuk mandi. Setelah saya mandi saya pun turun ke bawah dan menemui keluarga saya, disana ada papa, mama, dan adik saya. Pada hari pertama saya di rumah, ya rasanya senang karena dapat berkumpul kembali dengan keluarga saya.
Di hari kedua, hari-hari saya masih enak-enak saja, saya masih sering bermain game, bermain basket, dan hal lainnya yang dapat saya lakukan di hari itu, namun saya terkadang juga jengkel dengan adik saya yang ke-2, karena seharian dia hanya bermain game saja dan tidak melakukan hal-hal yang setidaknya bermanfaat bagi dirinya atau tidak membantu orangtua di rumah, namun dia tidak melakukan hal itu. Karena saya kesal jadi saya sendiri lah yang melakukan hal itu. Saya beberes sedikit-sedikit di hari itu, dan rasanya cukup melegakan melihat keadaan rumah yang sudah bersih.
Lalu beberapa hari setelah hari itu saya masih menunggu kesadaran dari adik saya yang ke-2, namun dia tidak sadar-sadar, akhirnya saya menegur dia dengan sedikit keras karena emosi saya sudah memuncak. Akhirnya dia melakukan pergerakan yaitu mulai membereskan pakaian dia yang sangat berantakan, ya walaupun di rumah saya ada ART namun adik saya ini sangat lah sembarangan orangnya, sudah dilipatkan rapih-rapih dan disetrika juga masih saja dia taruh di lemari dengan sembarangan, karena hal itu lah saya emosi. Sementara dari itu kondisi keluarga saya sedang tidak baik-baik saja, karena kedua orangtua saya ingin membuka usaha baru yang mana mereka sangatlah sibuk dengan urusan mereka, dan saat itu yang saya mau dari adik saya adalah kesadaran diri untuk membantu meringankan beban orangtua.
Seminggu sebelum saya kembali ke seminari, saya sangat disibukkan dengan mengasuh adik saya yang paling kecil, yaitu yang ke-3 dan adik saya yang paling kecil ini baru berumur 9 bulan, dan saya harus mengasuh nya dalam seminggu itu. Namun bagi saya itu adalah hal yang membuat saya tenang, karena disaat saya sudah marah-marah dengan adik saya yang ke-2, lalu saya mengasuh adik saya yang paling kecil rasanya emosi saya mereda, entah mengapa emosi saya langsung teralihkan. Tapi, berjalannya waktu saya juga merasa lelah saat mengasuh adik saya, tapi disisi lain saya juga senang. Setiap saya mengasuhnya, saya pun mulai merasa mau menyerah mengasuh anak kecil yang berumur 9 bulan ini, karena tingkahnya yang saya sendiri tidak mengerti namun saya harus mencoba untuk mengerti.
Seiring berjalannya waktu setiap saya berdoa, yang ada dalam doa saya ialah keluhan-keluhan saya pada hari itu, ketika saya merasa lelah menjalani keseharian yang tak biasanya saya jalani itu, saya memohon kepada Tuhan untuk memberikan keadilan bagi saya, karena saat saya sedang sibuk-sibuknya adik saya yang kedua hanyalah bermain game dan bersantai-santai saja dengan menikmati minuman yang selalu dia minum.
Tapi tidak lama sebelum saya kembali ke Seminari, saya mulai sadar dan mengerti bahwa saya maupun adik-adik saya, telah mengambil bagian yang terbaiknya masing-masing, seperti pada injil Lukas 10:39-42 10:39 Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. y Maria ini duduk dekat kaki z Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, 10:40 sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, a bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku." 10:41 Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir b dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, 10:42 tetapi hanya satu saja yang perlu 1 : c Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil daripadanya."
Hal-hal seperti inilah yang membuat saya sadar bahwa, tidak semua keadaan atau kondisi harus sesuai dengan yang kita inginkan, terkadang Tuhan tidak menghendaki apa yang menjadi keinginan kita, disaat seperti itulah kita harus belajar mensyukuri hidup. Selain itu saya juga tersadarkan bahwa ketika kita melakukan suatu hal, jika tidak kita lakukan dengan ketulusan hati dan kerendahan hati, maka hal yang kita kerjakan itu tidak akan menyenangkan atau tidak menghasilkan hasil yang maksimal. (Oleh Daud Antoni Kelas XI IPS)