Penghargaan Dasar Persaudaraan Sejati - Hidup kita adalah cerminan dari apa yang kita pikirkan, ucapkan, dan lakukan. Jika kita selalu berpikir negatif, penuh kekhawatiran, dan kecurigaan, maka kehidupan akan memberikan reaksi yang sama negatifnya kepada kita. Lingkungan atau orang-orang di sekitar kita pun akan terbawa atau ikut terpengaruh untuk berperilaku negatif, penuh kecurigaan, dan tidak mau percaya kepada kita. Dampaknya, kehidupan kita bisa dirusak oleh sebab-sebab yang kita munculkan sendiri. Sebaliknya, jika kita senantiasa memiliki hati yang penuh kasih, berpikir positif, mengucapkan kata-kata yang positif, serta berperilaku baik kepada siapa saja, maka kehidupan akan memberikan reaksi yang sama. Hidup kita akan dikelilingi orang-orang yang penuh kasih, berpikiran positif, dan tentu saja akan ada banyak kebaikan yang menghampiri hidup kita.
(Sumber: 16 Wisdom and Success, Andri Wongso, hal. 35-36.)
- Pengantar
Salah satu pendukung terbentuknya persaudaraan sejati adalah penghargaan satu sama lain. Pada dasarnya, penghargaan yang kita terima sama dengan yang kita berikan. Kita akan belajar dari ibu Magdalena Daemen dalam hal menghargai sesama. Setiap pribadi adalah anugerah dari Allah untuk menemani perjalanan salib kita. Inilah yang akan kita renungkan dari teks kisah bergabungnya tiga teman baru.
RUMAH SERIBU CERMIN
(Cerita Rakyat Jepang)
Dahulu kala di sebuah desa kecil yang terpencil, ada sebuah rumah yang dikenal dengan Rumah Seribu Cermin. Pada suatu hari, seekor anjing kecil sedang berjalan-jalan di desa itu dan melintasi Rumah Seribu Cermin. Ia tertarik pada rumah itu dan memutuskan untuk masuk melihat-lihat isinya. Sambil melompat-lompat ceria, ia menaiki tangga rumah dan masuk melalui pintu depan. Telinganya terangkat tinggi-tinggi. Ekornya bergerak-gerak secepat mungkin. Betapa terkejutnya ia ketika masuk ke dalam rumah, ia melihat ada seribu wajah ceria anjing-anjing kecil dengan ekor yang bergerak-gerak cepat. Ia tersenyum lebar dan seribu wajah anjing kecil itu juga membalas dengan senyum lebar, hangat, dan bersahabat.
Ketika ia meninggalkan rumah itu, ia berkata pada dirinya sendiri, ”Tempat ini sangat menyenangkan. Suatu saat aku akan kembali mengunjunginya sesering mungkin.” Sesaat setelah anjing itu pergi, datanglah anjing kecil yang lain. Namun, anjing yang satu ini tidak seceria anjing sebelumnya. Ia juga memasuki rumah itu. Dengan pelan-pelan ia menaiki tangga rumah dan masuk melalui pintu depan. Ketika berada di dalam, ia terkejut melihat ada seribu wajah anjing kecil yang muram dan tidak bersahabat. Segera saja ia menyalak keras-keras dan dibalas juga dengan seribu gonggongan yang menyeramkan. Ia ketakutan dan keluar dari rumah sambil berkata pada dirinya sendiri, “Tempat ini sungguh menakutkan, aku takkan pernah mau kembali ke sini lagi.”
(Sumber: Cerita rakyat dari Jepang)
Teks 2
Bergabungnya Tiga Teman Baru
Selama dua tahun Catharina bekerja sendirian. Ketika Anna Maria melihat bahwa karya Catharina sangat dihargai di desa itu, ia merasa tertarik dan ingin membantu sebagai tukang jahit. Saat keinginan itu ia utarakan, Catharina berkata, “Ya ... ya, Tuhan mengirim engkau kepadaku. Tinggallah bersamaku.”
Demikian juga saat Gertrudis Kerkels, seorang janda, datang ingin bergabung, Ibu Catharina Daemen berkata, “Selamat datang, semoga kedatanganmu diberkati Tuhan. Tuhanlah yang mengutus Anda kepada saya, karena Tuhan tahu bahwa saya membutuhkan tenaga.” Setiap anggota baru bagi Catharina merupakan rahmat Tuhan dalam Penyelenggaraan Ilahi.
Anggota keempat adalah Catharina Deckers yang kemudian bernama Suster Fransiska. Ia periang dan saleh. Ia datang menemui Catharina Daemen dan mengungkapkan keinginannya untuk bergabung. Catharina menjawab, “Marilah kita mencoba mengabdi Tuhan yang baik itu bersama-sama.”
Keempat wanita itu mulai hidup bersama pada tahun 1827. Mereka berdoa, bekerja, dan mengabdikan diri dalam pelayanan kepada orang lain. Mereka mengajar di sekolah paroki dan memelihara perlengkapan altar gereja. Maria Catharina menjahit pakaian-pakaian untuk gereja, juga pakaian untuk orang-orang miskin di desa.
Kelompok yang mulai dibentuk itu tidak lagi berhubungan dengan para wanita di Maeseyck. Di Heythuysen, dimulailah sesuatu yang sama sekali baru. Untuk pertama kalinya, Ibu catharina Daemen mulai berpikir untuk mendirikan biara baru. Pada waktu yang ditentukan Allah, kelompok itu akan berubah menjadi kongregasi religius yang tersebar luas. Dalam setiap langkah baru, Catharina bertindak sesuai dengan hati nuraninya. Ia menerima keadaan secara sederhana dan menyadari bahwa dialah yang harus mengurus segalanya. Yang akan terjadi kelak ada di dalam tangan Tuhan. “Tuhan akan menyelenggarakan”.
(Sumber: Taman Bunga St. Fransisikus, hal. 54)
- Teks 1 merupakan ilustrasi dari ungkapan “tabur-tuai: siapa menabur akan menuai hasilnya”. Setujukah Anda dengan pandangan “tabur-tuai” itu? Berilah contoh peristiwa yang Anda alami yang mendukung pendapat Anda.
- Dari teks 2: menurut penangkapan Anda, bagaimanakah sikap Ibu Magdalena Daemen dalam menanggapi kehadiran tiga teman baru yang ingin bergabung dalam karyanya?
- Dari kedua bacaan di atas, apa yang harus diperhatikan dalam upaya membangun relasi persaudaraan sejati?
Peneguhan
- Semua wajah yang ada di dunia ini adalah cermin wajah kita sendiri, jika menampilkan wajah yang ceria maka wajah – wajah yang ada disekitar kita juga tampak ceria, sebaliknya jika wajah kita muram maka wajah – wajah yang ada disekitar kita juga tampak muram. Wajah yang seperti apakah yang kita jumpai di sekitar kita ? Semua tergantung diri kita sendiri. Apa yang kita tabur maka kita akan menuai sendiri.
- Dalam kisah Bergabungnya Tiga Teman Baru menunjukkan bahwa Persaudaraan yang diteladankan Ibu Malgdalena Daemen adalah :
- Tidak ada syarat apapun untuk bergabung dalam karya – karya Ibu Magdalena Daemen
- Persaudaraan merupakan rahmat Tuhan dalam penyelenggaraan Ilahi
- Persaudaraan yang bertujuan untuk berdoa, bekerja, dan mengabdi kan diri dalam pelayanan kepada orang lain dan Tuhan
- Refleksi
Sikap persaudaraan macam apa yang kamu rasakan atau alami selama ini? Sudah sebandingkah dengan teladan Ibu Magdalena Daemen? Tulislah hal-hal yang akan Anda lakukan untuk meneladan sikap dan tindakan Ibu Magdalena.