Bekal Spiritualitas Di Tengah Hiruk Pikuk Dunia dan Neoliberalisme

Mau Menerima Apa Adanya

Mau Menerima Apa Adanya - Setiap  orang  pasti  memiliki  kekurangan.  Dalam  banyak  peristiwa, kekurangan yang kita miliki akan menjadi hambatan untuk melangkah maju. Kekurangan yang kita miliki sering kali dipandang sebagai aib yang harus disembunyikan. Kita sibuk menyembunyikan kekurangan kita  tanpa  berusaha  memperbaikinya.  Akibatnya,  kita  menjadi  sulit berkembang.

Allah  memiliki  rencana  yang  indah  dalam  hidup  kita.  Allah  selalu memberikan  yang  terbaik  kepada  kita,  juga  pribadi  kita.  Maka,  kita wajib mengembangkan seluruh potensi kita.

  1. Pengantar

Ketika kita becermin, kita mungkin akan sedih karena merasa wajah kita jelek, penuh jerawat, hidung pesek, badan pendek, terlalu gemuk, dan sebagainya. Ada pepatah mengatakan, buruk muka cermin dibelah. Bisakah  kita  menerima  diri  dan  merasakan  bahwa  Tuhan  sungguh sangat  baik?  Ini  penting  sebab  kita  cenderung  melihat  kekurangan dalam  diri  kita  dan  sibuk  menyembunyikannya,  sehingga  kita  lupa untuk mengembangkan diri.

Mari  bersama-sama melihat bahwa kekurangan bukanlah hambatan untuk berkembang dan berprestasi. Marilah kita secara jujur menyadari talenta yang kita memiliki     dan berusaha mengembangkannya. Mengembangkan diri secara maksimal juga merupakan ungkapan syukur kita.

  • Langkah-Langkah Pembelajaran
  • Membaca Teks

Masa Kecil Magdalena Daemen

Pada tahun 1794, Prancis menyerbu Belanda dan menguasai Limburg Selatan. Mereka memaksa para pastor, biarawan, dan biarawati untuk bersumpah setia kepada Republik Prancis. Karena menolak, ratusan biara kontemplatif ditutup. Banyak biarawan dan biarawati dikejar-kejar dan berpindah dari satu tempat persembunyian  ke  tempat  lain.  Salib-salib  dan  patung-patung  Bunda  Maria yang ada di pinggir jalan dirusak dan dirobohkan.

Pertengahan abad ke-18 memang merupakan masa yang sulit dalam sejarah Eropa Barat. Zaman ini dikuasai oleh filsafat intelektualisme dan kesadaran nasionalis yang bertentangan dengan Gereja. Ditambah lagi adanya peristiwa Revolusi Prancis, yang ditandai  dengan  bangkitnya  masyarakat  industri,  telah  menimbulkan  kebencian pada agama dan memperburuk situasi.

Trieneke dilahirkan pada 19 November 1787 di desa Ohe En Laak. Sebagaimana kebiasaan  dan  keyakinan  umat  setempat,  sehari  setelah  kelahirannya,  ia  dibaptis dengan nama permandian Catharina. Maka, saat belum menjadi suster, ia disebut Maria Catharina Daemen.

Ohe En Laak adalah sebuah desa di kota Stevenwerth, Provinsi Limberg di tenggara Belanda. Di desa itu, penduduk mencari nafkah dengan menjadi petani, mengolah tanah berpasir yang keras dan gersang. Dengan lahan seperti itu, dapat dibayangkan kehidupan masyarakatnya yang sangat sederhana dan akrab dengan kemiskinan.

Di sanalah pasangan Cornelis Daemen–Gertruida Van Bree tinggal bersama kedua putrinya,  Trieneke  dan  adiknya  Jenneke.  Sebagaimana  umumnya  masyarakat setempat, pendidikan formal kakak beradik ini pun tidaklah tinggi.

Saat berumur 10 tahun, Catharina kecil dengan pola pikir yang sangat sederhana dan masih murni telah mulai berpikir tentang biarawati. Ia ingin menjadi biarawati. Dengan  segala  keterbatasan  yang  dimilikinya,  sebenarnya  ia  telah  menyadari konsekuensinya, bahkan bahaya untuk diasingkan atau mati bagi yang terpanggil menjadi imam.

Ia melihat orang tua dan penduduk desanya berani mengambil risiko besar untuk terus  menjalankan  kewajiban-kewajiban  keagamaan.  Ia  melihat  orang  tua  dan masyarakat  di  desanya  harus  membuat  keputusan,  tunduk  pada  hukum  atau menerima risiko dihukum karena menyembunyikan imam-imam di rumah mereka untuk mengadakan pelayanan rohani, seperti membaptis dan melayani orang yang akan  meninggal  dunia.  Bagi  keluarga  Daemen,  penyelenggaraan  Ilahilah  satu- satunya tempat bernaung dan meng-gantungkan seluruh hidupnya. Sebagai anak, Trieneke sering mendengar orang tua dan tetangganya saling menyemangati dengan kata-kata “Tuhan akan menyelenggarakan”. Semuanya itu merupakan pengalaman yang mendewasakan gadis remaja ini.

Adiknya,  Jenneke,  adalah  anak  yang  baik,  penuh  semangat,  dan  selalu  gembira.

Ia  berusaha  membujuk  Catharina  untuk  pergi  berdansa  pada  pesta  karnaval  di Maeseyck, sebuah tradisi yang jamak di kalangan remaja saat itu. Namun, Catharina tidak bisa menikmati pesta itu. Katanya, “Itu adalah yang pertama kali bagiku dan semoga tidak terulang lagi.” Peristiwa ini menunjukkan bahwa Catharina hanya ingin mencari dan menemukan kebahagiaan di bidang lain.

Trieneke kecil belajar membuat keputusan sendiri. Ia menjadi pendiam dan tidak mencari perhatian orang lain. Semua itu merupakan sifat-sifat baik sebagai persiapan baginya untuk dapat membuat keputusan sendiri dan memegang suatu tanggung jawab.

Catharina Daemen tumbuh dan berkembang dalam situasi yang serba tidak menentu. Tanah  keras  dan  gersang,  kemiskinan,  kesederhanaan,  kurangnya  pendidikan formal, ancaman perang, dan penganiayaan terhadap Gereja menjadi latar belakang masa kecilnya. Situasi yang sulit ini ternyata telah melahirkan umat yang sederhana, pekerja keras, serta memiliki warisan iman yang dalam. Situasi inilah yang banyak memengaruhi dan membentuk kepribadian Catharina muda dan mendewasakannya. Keteguhan iman yang dalam akan penyelenggaraan Ilahi sungguh menjadi pegangan dan mewarnai seluruh perjalanan hidupnya kelak.

(Sumber: buku Ibu Magdalena Daemen dan Kongregasinya)

  • Pemutaran Film

Mari melihat film tentang anak cacat yang luar biasa dari Korea atau kisah Aceng, gitaris tanpa tangan.

  1. Film mengisahkan tentang “orang-orang yang kurang beruntung”, mereka dilahirkan dengan cacat yang harus mereka terima. Namun, mereka tidak menyerah. Mereka berusaha dan akhirnya memperoleh keberhasilan. Marilah kita lihat dengan tenang, lalu sadari perasaan yang muncul. Cobalah dengarkan dorongan kata hati yang muncul selama menyaksikan tayangan ini.
  2. Marilah sejenak kita renungkan tayangan film yang baru saja kita

lihat.

  1. Bagaimanakah nasib mereka dibandingkan dengan diri Anda?
  2. Secara jujur, lihatlah diri Anda. Lihat kembali daftar keberuntungan yang sudah Anda buat minggu lalu. Itulah talenta lebih yang sudah Tuhan berikan kepada Anda.
  3. Bandingkan  dengan  semangat  untuk   berprestasi   yang  Anda miliki.
  4. Dari  riwayat  hidup  Ibu  Magdalena  Daemen,  sikap  seperti  apa yang telah ia teladankan dalam menghadapi setiap kekurangan?

Peneguhan

Catharina Daemen, pribadi yang tidak mudah menyerah pada situasi yang sulit.

Dalam banyak peristiwa dan banyak kejadian, kemiskinan ataupun kekurangan yang kita miliki menjadi hambatan bagi kita untuk melangkah maju. Akibatnya kita menjadi  sulit berkembang. Kemiskinan atau kekurangan yang kita miliki seringkali dipandang sebagai aib yang harus disembunyikan atau ditutup-tutupi. Kemiskinan ataupun kekurangan seringkali membuat kita minder, rendah diri atau bahkan frustasi hingga merasa paling menderita sendiri. Menyesali keadaan yang dihadapi dan bahkan akhirnya menyalahkan Tuhan yang kita anggap tidak adil terhadap diri kita. Pola pikir dan pandangan semacam inilah yang akan menjadi kabut tebal, menyelimuti, menutup dan yang memburamkan seluruh pandangan hidup kita.

Dari cerita ini kita diperkenalkan pada sebuah pribadi yang tidak mudah menyerah terhadap situasi yang sulit. Kemiskinan, tanah gersang ,pendidikan formal yang rendah, ancaman perang, penganiayaan dan segala hambatan–hambatan yang membatasi tidak membuatnya mengeluh. Yang Ibu Magdalena Daemen lakukan adalah menerima keadaan yang dihadapi, belajar dari situasi yang ada, mencoba mengenali dan memahami dan kemudian mensikapinya secara positip.

Berpikir secara positip akan membuat kita mampu melihat kemungkinan yang lebih baik dimasa depan. Inilah yang akan melahirkan pengharapan. Dan akhirnya pengharapan itulah yang akan menjadi penyemangat untuk selalu berusaha menjadi lebih baik. Ketegaran hati disertai iman yang teguh akan penyelenggaraan Ilahi,  menjadi warisan yang tak ternilai dikemudian hari. Sejarah  akan menunjukkannya. Betapa Maria Catharina Daemen telah menjelma menjadi seorang pemimpin visioner. Bukan hanya mampu mendirikan sebuah biara baru  tetapi  tarekat baru yang tersebar hingga empat benua. Dari Eropa berkembang ke Amerika, Afrika hingga ke Asia.

  • Refleksi

Dari  pelajaran  hari  ini,  gagasan  apa  yang  muncul  dan  ingin  Anda lakukan dalam kehidupan Anda? Rumuskanlah secara sederhana dan mudah Anda lakukan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *