Bekal Spiritualitas Di Tengah Hiruk Pikuk Dunia dan Neoliberalisme

Kerendahan Hati Dasar Persaudaraan Sejati

Kerendahan Hati Dasar Persaudaraan Sejati - Dalam realitas kehidupan, setiap orang tentu mempunyai pengalaman yang berbeda-beda dalam berbagai hal. Demikian pula tentang pengalaman persaudaraan sejati. Setiap orang tentu mempunyai pengalaman yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai hal, antara lain oleh watak setiap pribadi, latar belakang keluarga, lingkungan sekitar, pendidikan, tempat tinggal status sosial dsb. Bagaimanapun, lingkungan, besar sekali pengaruhnya terhadap sistem persaudaraan.

Persaudaraan sejati membutuhkan kerendahan hati untuk mengakui kelebihan orang lain. Kerendahan hati ditunjukkan dengan mau mendengarkan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri. Pada umumnya siswa, sebagai orang muda, membutuhkan idola, termasuk idola dalam persaudaraan. Malalui contoh pengalaman persaudaraan, siswa dapat mengambil sikap yang benar dalam memahami dan menjalani persaudaraan sejati .Magdalena Daemen menunjukkan keutamaannya dalam menerima pergantian kepemimpinan.

  1. Pengantar

Setiap orang tentu mempunyai pengalaman hidup berbeda-beda. Demikian pula pengalaman tentang persaudaraan sejati. Dalam kehidupan bersama, perbedaan pendapat selalu muncul. Hal ini lebih sering disebabkan cara pandang yang berbeda. Kesadaran akan perbedaan cara pandang ini akan menentukan cara bersikap dalam menanggapi permasalahan. Orang yang sombong dan merasa paling benar akan mengedepankan emosi saat dibenturkan pada perbedaan. Ia akan menuntut orang lain mengikuti cara pandangnya. Sementara orang yang rendah hati akan lebih cerdas dalam menghadapi persoalan. Ia akan melihat dari berbagai sudut pandang karena tidak terbelenggu dengan anggapan bahwa cara pandangnyalah yang paling benar. Kerendahan hati merupakan dasar yang penting dalam upaya membangun persaudaraan sejati

Teks 1

Pergantian Pemimpin kepada Ibu Theresia

Menurut statuta kongregasi yang sudah disahkan, pemimpin dipilih oleh suster-suster untuk jangka waktu tiga tahun, kecuali kalau Uskup berpendapat lain. Berdasarkan perkecualian itu,Pastor Van der Zandt tanpa berunding dahulu dengan Ibu Magdalena Daemen mengirim surat permohonan kepada Uskup untuk pergantian pimpinan kongregasi. Surat itu dikirim pada 13 Februari 1840. Kemudian ia menerima balasan dari Pastor Vikaris Jendral Neven sebagai berikut: “Karena situasi tertentu dalam biara suster-suster ordo ketiga di Heythuysen, maka kami memutuskan untuk memilih pemimpin baru dengan tidak mengindahkan statuta. Dalam hal ini, kami memakai kewenangan yang diberikan kepada kami. Maka, dengan surat ini pula kami mengangkat Suster Theresia Rooyarkers sebagai pemimpin karena ia tekun dalam doa, giat bekerja, dan bijaksana dalam bertindak. Hal itu menunjukkan kepada kami bahwa ia benar-benar dapat diharapkan dan dapat dipercaya. Kami harap agar semua suster menerimanya sebagai pemimpin dan menunjukkan ketaatan serta hormat sebagaimana mestinya. Tugas ini diberikan kepadanya selama dua tahun.”

Sesudah mendapat jawaban, Pastor Van der Zandt melangkah             lebih lanjut, yaitu memberitahukan hal itu kepada Ibu Magdalena Daemen. Dalam kronik, ia melaporkan pertemuannya dengan Ibu Magdalena sebagai berikut: “Keutamaan dan sikap ramah Ibu Magdalena Daemen memberanikan hatiku. Saya minta doanya untuk maksud tertentu, kemudian kepadanya tentang keputusan Uskup untuk mengangkat Ibu Theresia menggantikannya sebagai pemimpin. Tidak sia-sialah Ibu, engkau selalu menaruh kepercayaan penuh kepada penyelenggaraan Ilahi. Anda sekarang sudah tidak kuat lagi. Padahal, beban kongregasi makin hari makin bertambah. Anda sudah tua, selayaknyalah Anda diberi pekerjaan yang lebih ringan sehingga cukup waktu untuk istirahat. Sekarang, inilah yang dikehendaki Tuhan bagi Anda. Dengan pertolongan Allah, Anda telah berhasil memberi dasar yang kuat bagi karya ini. Sekarang orang lain akan meneruskannya. Suster Theresia diangkat oleh Yang Mulia Vikaris Neven sebagai pemimpin pengganti Anda.” 

Uskup kemudian menambahkan, “Dengan senyum ramah dan bersahabat, Ibu Magdalena menerima keputusan itu.” Ibu Magdalena menerima pergeseran ini dengan baik dan tenang. Ia rela melepaskan diri dari pekerjaan yang menjiwai seluruh hidupnya, tanpa diajak berunding sebelumnya. Ibu Magdalena Daemen menggandeng Suster Theresia dan membawanya ke hadapan para suster serta mengatakan, “Para suster yang terkasih, lihatlah pemimpin Anda yang baru. Mulai saat ini, ia akan menjabat sebagai pemimpin. Hormati dan cintailah ia sebagaimana pantasnya anak-anak yang saleh kepada ibunya. Mengenai diri saya, pandanglah selalu saya sebagai yang paling kecil di antara Anda yang oleh kerahiman dan kebaikan Allah masih diperkenankan hidup.” Ibu Magdalena Daemen mengundurkan diri dalam kesunyian di kamarnya dan menghayati hidup semadi. Ia mohon berkat Tuhan bagi kongregasi dengan berdoa terus-menerus. Doanya yang penuh semangat merupakan embun yang menyegarkan. Keutamaan yang tersimpan dalam hatinya terpancar keluar sebagai sinar matahari yang cemerlang, tempat para suster selamanya dapat becermin.

Sebelumnya semua keputusan mengenai komunitas dibuat oleh Ibu Magdalena Daemen, tetapi setelah berganti pemimpin, semua keputusan, termasuk keputusan penting, ditentukan tanpa minta pertimbangan kepadanya. Tanpa merasa tersinggung akan sikap-sikap yang mengabaikannya sebagai pendiri, Ibu Magdalena tampak senang bahwa ia digeser oleh seorang suster yang dianggapnya lebih muda, lebih pandai, dan lebih cakap dalam memimpin komunitas. Kongregasi dan sekolah berasrama semakin berkembang. Ibu Magdalena Daemen kembali pada kehidupan kontemplatif, kehidupan doa yang dijalani sampai dengan wafatnya.

Sumber: diringkas dari buku Ibu Magdalena Daemen dan kongregasinya

Teks 2

Persaudaraan yang Rapuh

Ada dua ekor anjing, si Hitam dan si Putih. Mereka hidup bertetangga dan bersahabat baik. Pada suatu hari, si Hitam bertamu ke tempat si putih, lalu keduanya duduk di beranda rumah majikan si Putih. Setelah mengobrol tentang berbagai hal, si Hitam berkata, “Untunglah aku mempunyai sahabat yang amat baik sepertimu. Senang sekali aku bisa duduk-duduk beristirahat di sini sambil mengobrol denganmu.”

“Ya,” jawab si Putih. “Aku juga ingin mengatakan hal yang sama. Kita memang sahabat yang amat kental, tidak seperti anjing-anjing lain. Mereka suka bertengkar dan berkelahi, sementara kita hidup rukun dan damai.” Kedua anjing itu lalu membicarakan tentang makna persahabatan dengan penuh semangat. Ketika mereka sedang asyik mengobrol, tiba-tiba tukang masak di rumah majikan si Putih melemparkan sekerat tulang ke tempat sampah. Tanpa pikir panjang dan tanpa memperhatikan sopan santun, pada waktu yang bersamaan kedua anjing itu lari menuju tempat sampah untuk mengambil tulang. Si Putih berhasil menggigit ujung tulang yang satu dan si Hitam menggigit ujung tulang yang lain. Kemudian si Putih berkata, “Tulang ini adalah milikku karena dibuang oleh tukang masak majikanku dan di tempat sampah milik majikanku pula.”

“Tidak,” jawab si Hitam. “Aku yang lebih dahulu menggigit ujung tulang ini. Di dunia kita ada prinsip primo capienti, yang menangkap lebih dahululah yang mendapatkannya. Jadi, tulang ini milikku.” Demikianlah kedua anjing itu saling berebut tulang dan mempertahankan hak mereka atas tulang itu. Mereka sudah lupa akan makna dan manfaat persahabatan yang baru saja mereka perbincangkan.

Hikmah: kepentingan merupakan batu uji persahabatan. Jika persahabatan mudah hancur karena adanya suatu kepentingan, persahabatan itu perlu diragukan kesejatiannya. Jika tetap bertahan, meski berlawanan kepentingan, persahabatan itu bisa dipastikan kesejatiannya.

(Dikutip dari buku Konferensi Tikus-Tikus, Kumpulan Cerita, Agus M. Hardjana, hal. 35-36)

Secara pribadi lakukanlah langkah-langkah berikut.

  1. Garisbawahi atau catatlah nilai-nilai persaudaraan yang dibangun dan tampak dalam diri Ibu Magdalena Daemen.
    1. Dari nilai-nilai persaudaraan yang dilaksanakan ibu Magdalena Daemen, kebaikan apa yang bisa diperoleh?
    1. Gagasan apa yang muncul dan ingin Anda wujudkan dalam hidup Anda?

Peneguhan

  1. Persaudaraan sejati juga membutuhkan kerendahan hati untuk mengakui kelebihan orang lain. Kerendahan hati tidak mementingkan diri sendiri. Magdalena Daemen menunjukkan keutamaannya dalam menerima pergantian kepemimpinan yaitu :
  2. taat dalam menerima pergeseran kepemimpinan,
  3. mendukung dan mendoakan Suster Theresia sebagai pemimpin baru,
  4. rendah hati di hadapan sesama,
  5. tidak mudah tersinggung dan mengedepankan akal sehat ketika harus melepaskan jabatan sebagai pemimpin.
  6. Kepentingan merupakan batu uji persahabatan. Jika persahabatan mudah hancur karena adanya suatu kepentingan, persahabatan itu perlu diragukan kesejatiannya. Jika tetap bertahan, meski berlawanan kepentingan, persahabatan itu bisa dipastikan kesejatiannya.
    1. Refleksi

Setelah sharing dengan teman-teman kelompok, renungkanlah kembali sikap Anda selama ini. Sudah sebandingkah dengan teladan Ibu Magdalena Daemen? Tulislah hal-hal yang ingin Anda wujudkan untuk memperbaiki sikap seturut teladan Ibu Magdalena.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *