Kepemimpinan Sinergis - Sinergis berarti mengupayakan setiap situasi menjadi lebih baik. Oleh karena itu, kepemimpinan sinergis selalu produktif dengan cara-cara baru yang kreatif. Pemimpin yang sinergis penuh dengan inovasi- inovasi. Dalam bekerja, ia menawarkan pemecahan secara sinergis, pemecahan yang memperbaiki dan memperkaya hasil, bukan sekadar kompromi di mana masing-masing pihak hanya memberi sedikit dan menerima sedikit pula. Pemimpin sinergis memiliki semangat, motivasi, dan daya juang yang tinggi untuk selalu mencari terobosan dan inovasi baru yang akan memaksimalkan usaha mereka dalam meraih tujuan. Tidak jarang ini membutuhkan pengorbanan yang tidak mudah. Pemimpin sinergis tidak takut bekerja keras, tidak takut menghadapi kesulitan atau pun rintangan.
- Pengantar
Situasi lingkungan kita tidak selalu seperti yang kita inginkan, bahkan terkadang tidak sesuai dengan harapan kita. Kemampuan seseorang untuk menanggapi situasi semacam ini menjadi penentu keberhasilan hidupnya. Ada orang yang menyerah ketika menghadapi situasi sulit, namun ada pula yang berani berjuang menghadapinya. Ia tidak mau berkompromi, tetapi berkomitmen untuk memperbaiki. Kepemimpinan sinergis selalu mengupayakan situasi dan koondisi yang lebih baik dari sebelumnya.
Teddy Kristiadi
Mengelola Sampah dengan Larva Lalat
Dalam kondisi pekerjaan yang sudah mapan dengan penghasilan relatif besar di bidang pelayaran, Teddy Kristiadi (50) pada 2012 memutuskan keluar dari pekerjaannya. Lantas, ia menggeluti larva lalat untuk mengelola sampah organik di wilayah Kota Bandung, Jawa Barat. Suatu bidang garapan yang tak banyak dilirik dan disukai orang.
Selain penuh tantangan, dari pihak keluarga, terutama anak-anak dan istrinya, yang kurang setuju atas keputusan yang diambilnya, dia juga harus merintis kegiatan ini dari nol. Namun, tantangan tersebut tak menciutkan tekad Teddy untuk bergelut dengan sampah.
Teddy yakin, melalui teknologi biokonversi, yakni mengonversi sampah organik menjadi pupuk cair dan padat dengan menggunakan larva lalat, dapat menyelesaikan dengan mudah dan cepat problematika sampah, khususnya sampah organik di Kota Bandung. Sampah di Kota Bandung mencapai 400-
600 ton per hari. “Metode ini dapat mengurangi bau sampah karena larva lalat cepat mengurai sampah organik sehingga tak perlu menunggu sampah sampai membusuk dengan bau menyengat,” kata Teddy yang langsung keluar dari tempatnya bekerja, sebuah perusahaan Singapura yang bergerak di bidang jasa pelayanan di lingkungan pengeboran minyak lepas pantai, tiga tahun lalu.
Ketika mulai merintis, ia membuat tempat pemrosesan sederhana beratap terpal di Kompleks Antabaru II, Kelurahan Cisaranten Kulon, Kecamatan Arcamanik, Kota Bandung. Dengan pengetahuan dari internet, laki-laki alumnus Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran, Jakarta, 1987, itu menggunakan larva lalat tentara hitam (Hermenia illucens), yang sudah dikenal di dunia sangat efektif sebagai makhluk pengurai sampah organik dan kotoran ternak. Dipilihnya lalat jenis ini karena dapat mengurai sampah organik basah dalam waktu satu hingga tiga hari. Pengelolaan sampah menjadi sederhana dan mudah karena residunya menjadi bakal pupuk padat dan pupuk cair serta larva dewasa atau maggot dapat terpisah dengan sendirinya. Larva ini dapat pula mengurai sampah tanpa henti sampai tahap metamorfosis berikutnya, juga akan mendominasi dan menurunkan perkembangan larva dan lalat lain, seperti lalat hijau. Pasalnya, cairan lalat ini tidak disukai oleh serangga lain. Lalat tentara hitam ini juga dapat mengurangi perkembangan lalat pembawa penyakit.
Perkembangan lalat ini pun tergolong cepat. Yang betina dapat bertelur 500-900 butir dan uniknya lalat ini bertelur di atas atau samping areal sampah organik sehingga mudah untuk dipindah. Telur akan menetas setelah empat hari dan larva dalam usia tujuh hari sudah sangat rakus melahap sampah organik. Lalat ini mempunyai pula peningkatan kemampuan reproduksi hingga ratusan kali lipat dalam 50 hari hingga mampu melebihi jumlah produksi sampah organik. “Oleh karena itu, perlu disiapkan bak-bak penampung sampah yang lebih banyak karena dalam waktu 50 hari dibutuhkan 20 sampai 100 kali lipat bak penampung,” ujarnya.
Teddy telah memproyeksikan dari cairan larva dapat dihasilkan pupuk cair seharga Rp 3.000 per liter dan larva dewasa untuk pakan ternak Rp 5.000 per kilogram. Harga ini jauh di bawah harga pasar, seperti harga pelet, pakan ikan, Rp 10.000 per kg. Dengan harga yang jauh lebih murah daripada harga pasar diharapkan dapat membantu petani untuk mendapatkan pupuk dan pakan ternak berkualitas.
Di luar negeri, teknologi biokonversi sudah banyak diterapkan dengan menempatkan sampah organik dalam bak penampung yang sudah mengandung larva lalat ini. Bak itu terbuat dari bahan fiber, ember, semen, atau drum. Teddy berinovasi dengan membuat bak berbentuk persegi panjang dari bahan tripleks atau kayu. Dia lalu bernegosiasi dengan Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung supaya dapat dipasok sampah.
Usaha Teddy tidak berjalan mulus. Pasokan sampah dari PD Kebersihan tidak lancar. Teddy pun harus mencari sampah ke tetangga, rumah makan atau restoran, pasar, dan mal. Dia mengumpulkan sampah dapur, sisa makanan, kulit buah, sayur busuk, juga daging sisa. Teddy juga dilarang mendirikan tempat pengolahan sampah di kawasan tersebut karena lokasinya berada di lahan milik Perum Perhutani. Naasnya, belum genap setahun, tempat pengolahan sampah organik itu pun roboh diterpa angin kencang. Teddy sempat goyah. Dia sempat beberapa waktu bekerja lagi di bidang pelayaran. Rumah pun sempat dijual karena tabungannya habis terkuras.
Bangkit
Dia kembali bekerja sama dengan PD Kebersihan Kota Bandung mulai Januari 2015. Teddy mendapat dukungan investor asal Korea yang menjanjikan modal Rp 2,6 miliar. Tahap pertama telah dikucurkan sekitar Rp 150 juta. Pihak PD Kebersihan menyediakan bangunan berukuran 8 meter x 12 meter di atas lahan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jelengkong seluas 9 hektar di Desa Warga Mekar, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung. Letak TPA itu sekitar 20 kilometer dari Kota Bandung, ibukota Provinsi Jawa Barat.
Teddy membangun empat bak penampungan sampah berbentuk persegi panjang yang masing-masing berukuran panjang 12 meter dan lebar 50 sentimeter (cm) dengan kapasitas total sekitar 400 kilogram. Larva lalat ini memiliki kecepatan biokonversi atau mengurai sampah sekitar 15 kg per meter persegi per hari.
Laki-laki jangkung ini juga telah melakukan uji coba dari larva dan pupuk yang telah dihasilkan. Salah satunya di kawasan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, pada tanaman brokoli dan kacang kapri serta di Lembang untuk tanaman cabai dan kacang panjang.
Teddy bermimpi mengelola sampah dalam skala besar. Pupuknya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas pertanian, khususnya warga di sekitar TPA. Sayangnya, harapan Teddy itu belum kesampaian. Pada Mei 2015, pasokan sampah dari PD Kebersihan mandek yang menyebabkan ribuan larva mati karena tak memperoleh makanan. “Hal ini membuat investor hengkang dan kembali ke Korea. Namun, mereka memberi tahu, inovasi yang saya kembangkan ini akan mereka terapkan di sana. Mereka melihat ini dapat menjadi bisnis raksasa,” kata Teddy. Teddy sampai saat ini tetap gigih mengolah sampah organik di TPA Jelengkong meski dia juga menyayangkan mengapa PD Kebersihan begitu sulit memasok sampah. “Saya sangat yakin, jika pengelolaan sampah organik ini dilakukan dengan betul, dalam waktu 1 tahun 6 bulan, persoalan sampah di Kota Bandung akan tuntas,” ujarnya.
(Sumber: Harian Kompas, Rabu, 11 November 2015)
Peneguhan
Mengupayakan sesuatu yang baik bagi orang lain ternyata bukan pekerjaan yang mudah karena membutuhkan pengorbanan yang besar. Tetapi hal yang diperoleh ternyata jauh lebih besar dari yang semula diperkiraan orang dan tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi yang jauh lebih penting justru membuat orang lain juga mengalaminya. Saat ini model pemimpin yang selalu mengupayakan yang baik (kepemimpinan sinergis) tanpa memikirkan dirinya sendiri sangat sulit.
Sinergis artinya setiap situasai yang dimasukinya selalu diupayakan menjadi lebih baik. Karena itu, kepemimpinan sinergis selalu produktif dalam cara–cara baru dan kreatif. Pemimpin yang sinergis penuh dengan inovasi-inovasi. Dalam bekerja ia menawarkan pemecahan sinergestik, pemecahan yang memperbaiki dan memperkaya hasil, bukan sekedar kompromi dimana masing–masing pihak hanya memberi sedikit dan menerima sedikit pula. Pemimpin sinergis memiliki semangat, motivasi dan daya juang yang tinggi untuk selalu berani mencari terobosan baru, inovasi baru yang akan memaksimalkan usaha mereka dalam meraih tujuan bersama. Bahkan tidak jarang ini membutuhkan pengorbanan yang tidak mudah. Pemimpin sinergis tidak takut bekerja keras, tidak takut menghadapi kesulitan ataupun rintangan yang mungkin harus dihadapi.
Demi peningkatan kualitas pengabdianya kepada Sang Pengantin Illahi, Maria Magdalena Daemen mau meninggalkan segala kenyamanan yang dimilikinya di Maeseyk. Saat kedatangan Maria Magdalena Daemen di Heythusen, kita mendengar bahwa beliau ditolak dan tidak dipercaya dapat mengajar anak–anak, bahkan sempat dikatakan berpenampilan tidak menarik. Menghadapi situasi demikian beliau tidak marah , tidak tersinggung dan tidak mutung. Sebaliknya beliau menunjukkan bukti bahwa semua penilaian itu tidaklah benar. Ia mampu membuktikan bahwa ia bisa. Ia yakin dengan kemampuan dirinya sendiri. Ia mau bekerja keras untuk itu.
Dengan ketekunan, kerendahan hati, kejujuran dan kesetiaan yang mengagumkan beliau mampu membuktikannya. Ini juga menunjukkan kematangan pengendalian diri Ibu Maria Magdalena Daemen. Pengendalian diri adalah benteng pertahanan yang mencegah kita dari kesalahan–kesalahan dan terlibat dalam masalah. Sifat ini mampu mengendalikan kemarahan dan ketergesa–gesaan. Pengendalian diri memungkinkan kita untuk berpikir sebelum mengambil tindakan.
Membeli rumah di tengah desa adalah bentuk lain dari kepemimpinan yang sinergis dari Ibu Maria Magdalena Daemen. Saat rumah yang kecil tidak mampu lagi menampung aktivitas mereka, ditambah lagi ada beberapa orang yang meminta untuk bergabung maka kebutuhan akan rumah yang lebih besar tak dapat ditunda lagi. Ia berusaha mendapatkan rumah yang lebih besar. Meskipun harus bekerja keras untuk memperbaiki terlebih dahulu, Maria Magdalena Daemen memutuskan untuk membeli rumah rusak di tengah desa.
Demikian juga saat mengutarakan keinginannya membeli de Krepell untuk mendirikan biara baru dengan sekolah berasrama. Beliau sempat menjadi bahan tertawaan dan dianggap bodoh, tak tahu diri dan istilah lain yang senada. Beliau terima itu semua dengan tenang penuh kesabaran tidak marah ataupun tersinggung. Melalui perjuangan yang tak mengenal lelah dan kesungguhan hati yang dilandasi kejujuran, kerendahan hati dan iman yang tak tergoncangkan, kembali beliau mampu membuktikannya. Bahwa Tuhan yang akan menyelenggarakan.
Saat tidak ada pembimbing rohani yang melayani mereka, Ibu Magdalena Daemen tidak meyerah. Ia berusaha mendampingi para Suster dengan segala keterbatasan yang dimilikinya. Ia selalu berusaha memberikan yang terbaik kepada saudara-saudaranya.
Kemustahilan bisa menjadi kenyataan bila kita mau bekerja keras untuk mewujudkannya. Semuanya tergantung kita, ingin sukses atau gagal, ingin menjadi juara atau pecundang. Semuanya tergantung bagaimana kita memandang resiko kehidupan dan mengubahnya menjadi sebuah kesempatan.
(diambil dari” Ibu Magdalena Daemen dan kongegasinya : dalam sebuah refleksi)
- Refleksi
Setelah membaca kisah Teddy Kristiady dan melakukan diskusi kelompok, gagasan apa yang muncul dalam benak Anda dan ingin Anda wujudkan dalam kehidupan Anda? Rumuskanlah dalam bentuk catatan kecil sehingga Anda mudah mengingat dan mewujudkannya.